18/03/2021

Fase-Fase Hijrah; Belajar dari Mantan Ekstremis

Manusia tak pernah luput dari kesalahan. Tatkala waktu bergulir, semua hal bisa berubah. Tapi tidak dengan kesalahan. Ia akan tetap berada di masa lalu, tercatat sebagai riwayat manusia dalam mengarungi hidup.

Kita memaklumi bahwa kesalahan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup. Tetapi bukan berarti seenaknya melakukan kesalahan terus-menerus. Ini tentu bahaya. Apabila dibiarkan, tidak hanya berdampak negatif pada diri sendiri, melainkan merugikan orang lain.

Baca juga Isra’ Mi’raj dan Spirit Kedamaian

Banyak di antara kita yang tidak mau hijrah dari kesalahan. Bagi sebagian yang lain, jangankan hijrah, mengakui kesalahannya saja tidak. Padahal kesalahan hendaknya dijadikan sebagai pembelajaran agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk itulah, kesadaran pentingnya memperbaiki diri harus terus dipupuk.

Salah satu contoh terbaik hijrah adalah pertobatan mantan pelaku ekstremisme kekerasan. Setelah mendengar kisah-kisah mereka, penulis mencermati empat fase hijrah yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi siapa pun yang pernah melakukan kesalahan.

Baca juga Mencintai Diri Kunci Kebangkitan

Fase hijrah pertama yaitu kontemplasi. Pada tahap ini, si pelaku kesalahan melakukan perenungan terhadap tindak tanduk yang dia lakukan. Kontemplasi diperlukan agar pelaku kesalahan menyadari konsekuensi perbuatannya. Tentu fase ini harus disertai dengan pemicu, karena hampir mustahil pelaku mau berkontemplasi tanpa ada dorongan kuat melakukannya.

Kontemplasi bisa dilakukan dengan banyak cara. Jika berkaca pada kisah mantan pelaku, kontemplasi diwujudkan dalam bentuk dialog. Mereka berbincang dengan orang yang memiliki pemahaman keagamaan yang berbeda hingga berdialog dengan korban terorisme. Hasil dialog tersebut kemudian menyadarkan mereka bahwa perbuatan masa lalunya adalah kesalahan.

Baca juga Memilih Guru Damai

Fase berikutnya mengakui kesalahan. Pelaku yang sudah menyadari bahwa dia berbuat salah harus berani mengakui kesalahan itu. Pengakuan akan kesalahan adalah sikap ksatria karena menjadi bukti bahwa dia mau menaklukkan egonya dan tunduk di hadapan kebenaran.

Mantan pelaku ekstremisme kekerasan banyak mengajarkan soal ini. Setelah mengetahui bahwa ajaran yang dianut selama ini justru banyak melukai sesama muslim, mereka tak malu mengoreksi doktrin tersebut. Mereka secara gentle mengakui cacat pikir dalam doktrin kekerasan, meskipun dulu meyakininya sebagai kebenaran.

Baca juga Menjaga Lingkaran Terdekat

Fase berikutnya yaitu meminta maaf. Pada prinsipnya, fase ini mendorong pelaku kesalahan untuk bertanggung jawab atas hal-hal buruk yang telah dia lakukan. Sebab kesalahan yang dilakukannya justru melukai orang lain. Selain untuk menebus kesalahan, minta maaf juga berfungsi sebagai perekat hubungan yang renggang.

Kisah rekonsiliasi mantan pelaku dan korban terorisme adalah role model terbaik dari fase ini. Dengan penuh penyesalan, mantan pelaku meminta maaf atas perbuatannya yang telah menyakiti korban. Soal apakah korban mau memaafkan atau tidak, kembali pada masing-masing pribadi korban. Yang jelas, dengan meminta maaf, mantan pelaku telah menunjukkan itikad baiknya. Sebagian korban menyambut positif permohonan maaf mantan pelaku.

Baca juga Pertobatan untuk Perdamaian

Jika kesalahan berkaitan dengan Sang Pencipta, maka hendaklah meminta ampun. Allah SWT Mahapengasih dan Mahapenyayang selalu membuka pintu tobat bagi hamba-hamba-Nya.

Adapun fase terakhir adalah berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Fase ini membutuhkan komitmen kuat. Dengan tidak mengulangi kesalahan, juga menunjukkan seberapa tulus menjalani tiga fase sebelumnya; seberapa tulus kita merenung, mengakui kesalahan, dan meminta maaf. Pada fase ini diharapkan mantan pelaku kesalahan telah bertransformasi seutuhnya menjadi pelaku kebaikan.

Hampir semua mantan pelaku ekstremisme kekerasan yang penulis temui memiliki komitmen kuat (insya Allah) untuk tidak kembali ke kelompok kekerasan. Mereka bahkan terlibat dalam kampanye perdamaian agar tidak ada orang lain yang terjerumus pada kesalahan yang pernah mereka lakukan. Mereka benar-benar bertransformasi menjadi pribadi baru yang hangat dan mencerahkan.

Baca juga Pemaafan Penyintas Bom Thamrin untuk Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *