Mahasiswa Unsoed Meneladani Ketangguhan Penyintas
Aliansi Indonesia Damai- Akhir April lalu AIDA menyelenggarakan Diskusi dan Bedah Buku “La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya” secara daring. Acara tersebut diikuti ratusan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Salah satu narasumber yang berbicara dalam kegiatan ini adalah Zahro Alifta Asadati, mahasiswi Unsoed, yang sebelumnya telah mengikuti beberapa kegiatan AIDA, antara lain Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa.
Baca juga Dialog Mahasiswa Unsoed dengan Penyintas Bom Bali
Gadis asal Jambi ini mengatakan, AIDA menghadirkan perspektif baru dalam memahami isu terorisme yaitu korban terorisme dan juga mantan pelakunya. Di mana dari kedua pihak tersebut, mahasiswa mampu mengambil ibroh atau pembelajaran yang sangat berharga.
Dari korban terorisme, ia mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap ikhlas menerima musibah dan memaafkan secara tulus. “Sebagai makhluk Allah kita tidak boleh menyerah, tidak boleh menyerah. Karena Allah kasih cobaan sesuai dengan kemampuan makhluk-Nya,” ujarnya.
Baca juga Berbagi Pengalaman Bertemu Korban dan Pelaku Terorisme
Ia mengajak para peserta untuk meneladani ketangguhan korban. Meskipun mengalami kerugian yang cukup besar, bahkan tak sedikit yang harus kehilangan anggota tubuh maupun anggota keluarganya, mereka bisa ikhlas dan tabah menerima cobaan dari Tuhan. “Hingga pada akhirnya korban mampu untuk bangkit dari keterpurukan dengan upaya-upaya yang luar biasa. Harus menjadi inspirasi kita,” katanya.
Kemudian dari kisah mantan pelaku, Zahro mengaku mendapatkan pemahaman baru. Salah satu di antaranya yaitu mengenai keacakan target yang dituju pelaku membuatnya sadar betapa semua orang bisa saja menjadi korban terorisme. Oleh karena itu sangat penting semua pihak ikut menjaga perdamaian, agar tidak ada lagi aksi-aksi teror.
Baca juga Dialog Mahasiswa Unsoed dengan Mantan Napiter
Zahro mengingatkan kepada para peserta untuk menjiwai perannya sebagai mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti yang telah termuat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satu peran kampus adalah pengabdian. Di mana dalam kehidupan bermasyarakat mahasiswa dianggap ‘digugu dan ditiru’, sehingga mahasiswa harus lebih berani melakukan upaya preventif demi mencegah hal-hal yang merusak perdamaian.
“Kita sebagai mahasiswa harus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa doktrin terorisme sangat berbahaya. Jangan sampai masyarakat terbuai terperosok ke dalam pemahaman yang salah,” ucap Zahro mengakhiri paparannya. [FL]
Baca juga Merangkul Mereka yang Bertobat