30/04/2021

Berbagi Pengalaman Bertemu Korban dan Pelaku Terorisme

Aliansi Indonesia Damai- Gita Apriati, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, berbagi kisah pengalamannya bertemu dan mendengarkan kisah hidup mantan pelaku terorisme dan korbannya. Hal itu disampaikannya di hadapan seratus lebih peserta Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, Senin (19/4).

Gita adalah alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu bulan sebelumnya. Dalam kegiatan kali ini, Gita menyampaikan pembelajaran dari kisah hidup kedua belah pihak. Menurut Gita, kisah hidup korban dan pelaku teroris memberikan ibroh tentang pentingnya perdamaian di Indonesia.

Baca juga Dialog Mahasiswa Unsoed dengan Mantan Napiter

“Saya mendapatkan pengalaman luar biasa. Bagaimana seseorang dapat terjerumus ke dalam kelompok ekstrem dan bagaimana nasib para korbannya,” ujarnya dalam kegiatan yang digelar AIDA bekerjasama dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Hasyim Asy’ari UNU Purwokerto itu.

Dari kisah hidup mantan pelaku, Gita mengaku lebih menjiwai makna perbedaan. Menurut dia, perbedaan pandangan dan kelompok di kalangan masyarakat merupakan keniscayaan. Sayangnya kelompok ekstrem acapkali memvonis pandangan dan kelompok yang berbeda sebagai kafir, bahkan mereka menganggap halal darahnya. Ia lantas mengajak mahasiswa untuk lebih arif dalam melihat perbedaan.

Baca juga Merangkul Mereka yang Bertobat

“Setelah mengikuti kegiatan-kegiatan AIDA saya dapat tercerahkan. Ibroh yang bisa kita ambil dari perspektif mantan pelaku bahwa kita harus berhati-hati dalam keadaan apa pun dan saling menghargai orang lain. Kalau ada perbedaan, hadapi dengan bijak, bukan dengan kekerasan,” tuturnya.

Sementara dari kisah hidup korban, ia merasa banyak mendapatkan pembelajaran tentang keikhlasan, ketangguhan, dan pemaafan. Menurut dia, korban adalah cermin dari kebesaran jiwa seseorang yang mau memaafkan pelaku kejahatan di tengah penderitaan yang mereka alami. Kisah korban penting disebarluaskan untuk menjadi narasi-narasi pembangunan perdamaian.

Baca juga Menyerap Ibroh dari Kehidupan Penyintas Bom Bali I

“Saya mendengar langsung kisah hidup para korban. Mereka mengingatkan agar jangan melawan kekerasan dengan kekerasan. Melupakan kejadian dan maafkan. Padahal para korban harus berjuang melawan trauma,” ungkap Gita.Kegiatan sendiri dihadiri oleh sejumlah narasumber, di antaranya mantan pelaku terorisme Choirul Ihwan, Korban Bom Kuningan 2004 Nanda Olivia Daniel, Peneliti Kajian Terorisme Universitas Indonesia Solahudin, dan Penulis Buku La Tay’as Hasibullah Satrawi. [AH]

Baca juga Menumbuhkan Iklim Perdamaian di Kampus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *