Home Berita “Kukira Aku Akan Mati”: Kisah Korban Teror Bom Kereta di London
Berita - 26/09/2017

“Kukira Aku Akan Mati”: Kisah Korban Teror Bom Kereta di London

Jumat (15/9/2017) pukul 08:20 warga Inggris dikejutkan dengan serangan teror di satu gerbong kereta di Stasiun Parsons Green, Fulham, barat daya London. Sebuah bom dengan kemasan ember meledak mengeluarkan api hingga melukai para penumpang.
Insiden ini menjadi serangan teror kelima di tahun 2017 yang melanda negeri Ratu Elizabeth setelah sebelumnya terjadi teror di Westminster (22 Maret), Manchester Arena (22 Mei), London Bridge dan Borough Market (3 Juni), dan Finsbury Park Mosque (19 Juni).
Saat ledakan di dalam kereta di Parsons Green terjadi, para saksi mengatakan mereka melihat banyak penumpang yang mengalami luka bakar parah. Banyak juga yang terluka karena tertindih orang-orang yang terpental karena ledakan.
Sesaat peristiwa terjadi foto-foto para korban tersebar secara viral di media massa dan media sosial. Setidaknya 29 orang terluka akibat dari ledakan tersebut. Tidak ada korban tewas dalam peristiwa ini. Di antara para korban adalah seorang anak sekolah.
Dok. The Sun – Petugas penyelamat memberikan perawatan kepada korban yang mengalami luka bakar.
Seorang saksi mata, Emma Steveton, mengatakan seorang wanita hamil terjebak dalam tumpukan manusia dan seorang anak wajahnya terbentur lantai. “Kejadian yang sangat mengerikan. Ada sekitar tiga lapis manusia di bawah saya. Yang paling membuat trauma adalah bahwa badan orang-orang menimpa saya, lalu saya berpikir, kukira aku akan mati,” ujarnya.
Korban lain, Peter Crowley, mengunggah beberapa foto yang menunjukkan wajah dan rambutnya terbakar setelah kengerian yang dia sebut sebagai “bola api” menyambar kepala para penumpang di dalam gerbong.
Dok. The Sun – Seorang korban yang terbakar rambutnya menceritakan kejadian saat diwawancara televisi.
Seorang konsultan teknologi media, Richard Aylmer-Hall, yang saat itu sedang duduk di kereta District Line mengungkapkan kengerian saat peristiwa tersebut terjadi.  Pria berusia 53 tahun itu mengatakan “tiba-tiba ada kepanikan, banyak orang berteriak, atau bahkan menjerit. Ada seorang perempuan di stasiun yang mengatakan dia melihat sebuah tas, lalu sebuah ledakan. Saya melihat seorang perempuan menangis, ada banyak teriakan-teriakan,” kata dia.
Sejumlah taksi di London Barat menunjukkan kepedulian tepat saat kejadian itu terjadi, mereka memberikan layanan gratis bagi para korban serangan teror di stasiun kereta di Parsons Green. Salah satu perusahaan angkutan yang memberikan layanan itu adalah Hayber Cars.
“Seluruh pengemudi kami memberikan layanan kepada para korban tanpa dipungut bayaran,” ujar juru bicara perusahaan kepada The Independent, seraya menambahkan beberapa pengemudi yang shift malam kembali bekerja pada pagi hari.
Perusahaan taksi lainnya, Uber, juga memberikan layanan tanpa bayaran kepada para penumpang yang ingin melakukan perjalanan akibat insiden di kereta. Bahkan perusahaan ini mengembalikan uang pelanggan yang terlanjur dibayarkan.
Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) melalui kantor berita propagandanya Amaq mengklaim bertanggungjawab atas peristiwa ledakan tersebut.
Kementerian Luar Negeri mengimbau kepada Warga Negara Indonesia yang berada di London untuk waspada pasca serangan terror ledakan yang berasal dari benda di dalam ember putih yang diletakkan di gerbong belakang kereta tersebut.
“Kemlu dan KBRI London masih terus mengikuti perkembangan aksi teror di London,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Armanatha Nasir kepada JawaPos.com, Jumat (15/9).
Armanatha Nasir memastikan tak ada WNI dalam teror tersebut. Pihaknya juga mengumumkan Hotline KBRI London untuk mencari informasi di nomor kontak +44207881221235.(SWD)
Sumber: mirror, sun,the telegraph, tempo, suara pembaruan, jawa pos, bbc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *