Dr. Imam B. Prasojo
Home Berita AIDA Ajak Mahasiswa Jaga Kedamaian Indonesia
Berita - 07/12/2018

AIDA Ajak Mahasiswa Jaga Kedamaian Indonesia

ALIANSI INDONESIA DAMAI – Subbān al-yawm, rijāl al-ghad. Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok. Masa depan sebuah bangsa apakah akan menuju kemajuan atau kehancuran, ditentukan oleh kaum muda. Filosofi itulah yang mendasari Aliansi Indonesia Damai (AIDA) untuk menyelenggarakan Seminar Sehari “Halaqah Keindonesiaan” dengan tema Belajar dari Rekonsiliasi Korban dan Mantan Pelaku Terorisme di Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Melalui kegiatan tersebut AIDA mengajak generasi muda bangsa, khususnya mahasiswa, untuk melestarikan kedamaian demi keberlangsungan dan kemajuan Indonesia di masa depan. AIDA mengangkat perspektif korban dan mantan pelaku terorisme sebagai inspirasi para peserta seminar untuk terus bersemangat merawat keindonesiaan.

Dalam seminar AIDA menghadirkan Ni Luh Erniati (penyintas aksi teror Bom Bali 2002) dan Ali Fauzi Manzi (mantan pelaku terorisme) untuk berbagi kisah dan pengalaman kepada para mahasiswa. Erni, sapaan Ni Luh Erniati, menceritakan dampak serangan bom di Legian, Bali pada 12 Oktober 2002 yang membuat kehidupannya sempat terpuruk. Suaminya meninggal dunia dalam tragedi itu. Pasang surut kehidupan dalam mendidik dan membesarkan anak harus dia lalui tanpa dukungan seorang suami.

Waktu berlalu, Erni mampu bangkit dari keterpurukan akibat Bom Bali. Pada 2014 dia dipertemukan oleh AIDA dengan Ali Fauzi, seorang mantan pelaku terorisme. Layaknya manusia, dia mengakui awalnya sangat sulit untuk meredam amarah di hati saat pertama kali bertemu mantan teroris. Akan tetapi, Erni segera menyadari bahwa dendam tidak akan mengembalikan suaminya yang telah pergi.

Dr. Imam B. Prasojo
Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo. (Photo: Dok. AIDA)

Ali Fauzi pun mengakui kesalahan masa lalunya di hadapan Erni. Meskipun tidak terlibat dalam aksi Bom Bali yang membuat Erni menderita, namun Ali menyadari dirinya pernah satu barisan dengan para pelaku. Bahkan, tiga orang kakaknya merupakan tokoh penting di balik Bom Bali. Ali Fauzi pun meminta maaf kepada Erni serta para korban terorisme secara umum. Erni dengan segala kebesaran hatinya pun telah memaafkan kesalahan Ali Fauzi.

Saling memaafkan antara Erni dan Ali Fauzi adalah potret rekonsiliasi pihak-pihak yang pernah “berseberangan” di masa lalu. Rekonsiliasi korban dan mantan pelaku ini diharapkan bisa menginspirasi semua anak bangsa untuk mengukuhkan persatuan sehingga tidak mudah terpecah belah.

Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo, menyampaikan keynote speech dalam seminar. Dia menyoroti banyaknya tantangan yang dihadapi bangsa terutama pada tahun-tahun politik seperti saat ini. Perbedaan sikap politik tak jarang membuat masyarakat terkotak-kotak, dan saling mencaci sesama saudara sebangsa. Dia khawatir, bila tradisi tak dewasa dalam berpolitik ini berkembang maka kerusuhan komunal bisa terjadi lagi. Dia merujuk pada sejarah konflik komunal yang pernah melanda di Maluku dan Sulawesi Tengah pada awal Reformasi. Waktu itu jalinan persaudaraan sesama bangsa Indonesia benar-benar terkoyak karena sentimen politik dan agama.

Imam berpandangan bahwa tantangan dalam upaya untuk membumikan kedamaian semakin berkembang. Menurutnya, di antara tantangan terberat ke depan bagi bangsa Indonesia yang sarat kebinekaan ini adalah melenyapkan paham ekstremisme beragama di antara warganya.

Sebagai generasi emas dan harapan bangsa, sebagaimana kata pepatah Arab subbān al-yawm, rijāl al-ghad yang bermakna pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok, mahasiswa didorong untuk semakin bersemangat dalam memelihara perdamaian.

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, mengatakan bahwa rekonsiliasi yang terjalin di antara korban dan mantan pelaku terorisme mengingatkan kepada semua anak bangsa untuk menjaga keutuhan Indonesia.

Seorang mahasiswa menyampaikan kesan setelah mengikuti seminar. “Jika bukan kita yang mengusahakan perdamaian dan menyemainya, lantas siapa lagi? Karena, perdamaian tidak bisa diciptakan tanpa usaha kuat dari seluruh kalangan, khususnya generasi muda kaum terpelajar,” ujarnya. [FS]