Buka Bersama, Memperkuat Jalinan Silaturahmi Penyintas
Sabtu (25/5/2019) Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dan Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) menggelar acara “Silaturahmi & Buka Puasa Bersama Korban Bom Terorisme” di Jakarta. Tak kurang 60 orang korban dan keluarganya menghadiri acara tersebut. Acara diselenggarakan guna mempererat silaturahmi serta sebagai ajang saling menguatkan di antara penyintas.
Para penyintas yang hadir berasal dari tiga komunitas, yaitu korban Bom Kuningan 2004, korban Bom Thamrin 2016, dan korban Bom Kampung Melayu 2017. “Ada salam dari teman-teman Isana Dewata, korban bom di Bali, karena satu dan lain hal teman-teman dari Bali tidak bisa menghadiri kegiatan kita.” Demikian ucapan Ketua YPI, Sucipto Hari Wibowo, saat memberikan sambutan. Selama kegiatan berlangsung, keluarga besar penyintas berbaur dalam suasana penuh kehangatan.
“Selamat datang, teman-teman penyintas Kampung Melayu,” ujar Sucipto menyambut kehadiran sejumlah korban aksi teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur yang terjadi 24 Mei 2017. Kehadiran komunitas korban Bom Kampung Melayu dalam acara sore itu memang spesial. Selain peristiwa Bom Kampung Melayu bertepatan pada bulan Mei, para penyintas serangan tersebut selama ini belum pernah terlibat atau bertemu dengan keluarga besar penyintas aksi terorisme lainnya. Pada kesempatan sore itu, lima korban Bom Kampung Melayu berbaur dengan keluarga besar penyintas.
Sucipto menerangkan bahwa Silaturahmi & Buka Puasa Bersama Korban Bom Terorisme merupakan acara rutin yang diselenggarakan AIDA dan YPI setiap tahun. Kehadiran korban Bom Kampung Melayu di acara itu, kata dia, patut diapresiasi. Ia mengharapkan supaya nantinya korban Bom Kampung Melayu tidak merasa sendirian, dan bagi yang belum mendapatkan hak kompensasi, bisa dibantu mengurusnya melalui YPI. “Semoga kebersamaan kita terus terjalin dan sampai kita bernaung bersama-sama,” katanya.
Dalam acara itu, penyintas Bom Kuningan 2004, Iswanto, memberikan testimoni. Ia mengungkapkan bahwa ledakan bom mengakibatkan tubuhnya mengalami luka di 38 titik. Selain luka di badan karena serpihan bom, indra penglihatan sebelah kananya tidak berfungsi lagi. Meskipun musibah berat tersebut, ia mengaku sudah memafkan pelaku. Sikap memaafkan ia ambil sebagai sarana agar bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan bisa menjalankan hidup dengan baik. “Mulailah damai dengan diri sendiri, lalu memafkan pelaku, untuk hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Pada acara itu, panitia mengadakan kuis yang pesertanya dari para hadirin. Peserta yang ikut tampak antusias mengikuti game tebak kata yang dipadu staf AIDA, yaitu Linda Astri Dwi Wulandari dan Muhammad Saiful Haq. Dalam game itu pesertanya terdiri lima orang, yaitu Yuni Karta, Nanda Olivia, Agus Kurnia, Fitri Supriati, dan Aulia (putri Iswanto). Peserta yang di depan diharuskan menebak kata-kata yang diperagakan oleh para hadirin. Pada penilaian terakhir semuanya keluar sebagai pemenang sehingga kelimanya berhak mendapatkan hadiah. Ada juga kuis yang diikuti oleh anak-anak dari para korban. Mereka diberi pertanyaan seputar YPI atau pengetahuan umum. Selama proses berlangsungnya kuis, keluguan dan kelucuan para peserta yang notabene masih anak-anak tampak terlihat. Semuanya juga keluar sebagai pemenang sehingga mereka mendapatkan hadiah yang sudah disediakan panitia. [TH]