Home Berita Penyintas Bom Thamrin: Terorisme Tidak Memanusiakan Manusia
Berita - 31/07/2019

Penyintas Bom Thamrin: Terorisme Tidak Memanusiakan Manusia

Aliansi Indonesia Damai– Pagi itu Sebelas Maret 2019. Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Lawang, di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di bawah hembusan angin gunung Arjuno, salah seorang penyintas bom Thamrin 2016, Hairil Islami  berbagi kisahnya kepada 50 siswa-siswi SMAN pavorit tersebut. Pada saat kejadian, ia masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. 

Di hadapan para siswa, Hairil Islam mengatakan pada mulanya ia tidak menyadari bahwa ledakan bom itu merupakan serangan teroris. Namun demikian, setelah melihat kerumunan orang berlarian dan meminta tolong, Hairil sadar bahwa ledakan itu adalah serangan terorisme.  “Pada mulanya saya tidak sadar bahwa ledakan itu adalah bom,” ujarnya.

Bom Thamrin terjadi pada 14 Januari 2016 silam, di Jl M.H THamrin, Jakarta Pusat berjarak 2.5 km dari istana negara. Ledakan pertama terjadi di dalam kedai kopi Starbuck, tempat Hairil sedang mengerjakan tugas kuliah. Belasan orang menjadi korban luka berat dan ringan termasuk Hairil. Ledakan kedua terjadi di pos Polisi Jl. M.H Thamrin. Beberapa orang tergelatak meninggal dan mengalami luka berat.  

Hairil Islam, Penyintas Bom Thamrin 2016

Di dalam kaget dan panik yang luar biasa Hairil berusaha keluar dari kedai Starbuck yang hancur berantakan. Ia masih terus bertanya-tanya apakah benar dia mengalami hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh siapa pun termasuk dirinya. “Saya masih dalam keadaan shock dan tidak percaya saya menjadi korban bom,” paparnya.

Ia mendapatkan pertolongan pertama dari seorang dokter gigi di sebuah klinik yang tidak jauh dari tempat kejadian. Sang dokter  membantu menutup luka di tangannya. Lalu dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta Pusat. Setelah mendapatkan penanganan singkat,  ia berniat untuk pulang dan hendak memberi kabar kepada orang tuanya. Hal itu ia lakukan karena tidak ingin kedua orang tuanya merasa khawatir. “Sebagai anak rantau saya tidak ingin membuat orang tua khawatir,” katanya.

Namun demikian, dokter rumah sakit tidak mengizinkannya pulang. Harus ada tindakan medis lanjutan berupa operasi. Karenanya,  ketika mengabari kedua orang tuanya, sang ibu merasa shock dan menangis mendapatkan kabar bahwa sang anak menjadi salah satu korban bom. 

Operasi dan pengobatan di RSPAD tersebut berjalan sukses. Hairil dirawat seminggu dengan didampingi ibunya dan keluarganya yang datang jauh dari Makassar. Namun, dampak yang dialaminya tidak berhenti saat ia keluar dari RS. 

Hairil mengaku teman-temannya merasa takut karena luka bakar bom yang dideritanya. “Pada saat itu teman saya tidak mau mendekati saya, karena luka ini,” pungkasnya seraya menunjukkan luka yang telah membekas di tangannya. Ia dan sahabat-sahabatnya sesama korban bom juga mengalami trauma. Para siswa sangat terharu dan banyak yang tak kuat mendengarkan kisahnya. 

“Perilaku terorisme sejatinya bukan cermin ajaran agama. Pasalnya, tidak ada agama satupun yang menganjurkan umatnya untuk menebar ketakutan terhadap orang lain.”

Namun, di balik musibah tersebut, ia mendapatkan banyak hikmah dan pembelajaran. Pembelajaran ini yang ia sampaikan kepada para siswa. Katanya, “perilaku terorisme sejatinya bukan cermin ajaran agama. Pasalnya, tidak ada agama satupun yang menganjurkan umatnya untuk menebar ketakutan terhadap orang lain.” Karena itu, Hairil menyebut terorisme adalah perbuatan yang tidak memanusiakan manusia. “Manusia yang tidak memanusiakan orang,” tegasnya yang disambut tepuk tangan dukungan dari para siswa. 

Turut hadir dalam kegiatan ini mantan pelaku terorisme, Iswanto dan korban bom terorisme yang lain yaitu Nyoman Rencini, Ruli Anwar, Sucipto Hari Wibowo, dan Yuni Arsih. Mereka merupakan duta perdamaian AIDA untuk Indonesia yang lebih damai. Para siswa dan guru yang hadiri sangat terkesan dan berharap ada lagi kegiatan serupa di SMAN 1 Lawang. [CN]

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *