Home Berita Meneladani Akhlak Nabi dalam Kisah Penyintas
Berita - Pilihan Redaksi - 18/09/2019

Meneladani Akhlak Nabi dalam Kisah Penyintas

“Ketika mas Jojo (Joshua Ramos) menyampaikan testimoni dan kisahnya, memaafkan semua sakit hatinya, dan tegar melalui musibah itu, saya meneteskan air mata, karena teladan mas Jojo adalah Rasulullah Saw“

Aliansi Indonesia Damai- Kesan itulah yang disampaikan Shihhah wal ‘Afiyah, Wakil Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Surakarta dalam acara “Halaqah Alim Ulama; Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan Ibroh” yang digelar Aliansi Indonesia Damai (AIDA) bekerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Muayyad, Windan, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/8/2019). Menurutnya, Kisah Joshua Ramos (penyintas bom Kuningan 2004) telah menginspirasi dirinya karena Joshua mau memaafkan pelaku dengan meneladani sikap luhur Nabi Muhammad Saw.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Putri Surakarta itu mengaku takjub dengan kisah Joshua. Sebab, titik balik permaafan Joshua kepada pelaku berawal dari kisah-kisah akhlak luhur Nabi. Hal itu menurutnya juga pernah dialami oleh seorang jenderal besar dalam Islam, Shalahuddin Al-Ayyubi saat menghadapi masyarakat Muslim yang pesimis. “Kisah mas Joshua pernah dialami oleh Shalahuddin al-Ayyubi, ketika menemukan masyarakat Muslim ketika itu malas untuk berjuang, malas beribadah, maka resep obatnya adalah membaca shalawat dan meneladani Nabi Muhammad Saw,” katanya.

Ia mengatakan, shalawat begitu ampuh mengobati setiap persoalan-persoalan yang ada. Sebagaimana permasalahan besar yang dihadapi Joshua, perlahan-lahan mampu dilalui berkat keteladanan Nabi. “Kalau kita bershalawat, Rasulullah selalu di dekat kita, melihat kita, membantu kita, pasti beliau akan hadir. Sebagaimana mas Jojo alami, ketika di dalam hati semula tidak akan memaafkan para teroris itu yang telah memporak-porandakan dirinya, keluarganya, bahkan pekerjaannya, maka atas dasar kisah-kisah yang ia temukan dalam akhlak Nabi Muhammad Saw, hatinya menjadi damai, menjadi lunak, menjadi lembut seperti itu,” ucapnya sembari bershalawat kepada Nabi.

Baca juga Alim Ulama Harapan Perdamaian Bangsa

Tak hanya itu, pimpinan Majelis Shalawat Jamhuri, Surakarta tersebut juga mengaku kagum kepada Kurnia Widodo, salah seorang mantan pelaku ektremisme yang telah bertaubat. Kisah pertaubatan Kurnia menurutnya tak lepas dari hidayah Allah Swt. Ia berharap Kurnia bisa memengaruhi teman-temannya di kalangan kelompok ekstrem untuk kembali ke jalan perdamaian dan mengampanyekan pentingnya perdamaian bagi kalangan masyarakat umum. 

“Pak Kurnia juga luar biasa, itu adalah hidayah yang ia temukan, setelah sebelumnya ia mendapatkan dakwah yang salah yang merugikan orang banyak. Setelah ia menemukan bahwa Islam itu rahmatan lil’alamin dan ajaran Rasulullah tidak pernah menyampaikan kekerasan, saya sangat apresiasi dan semoga banyak orang (teroris) yang menyusul pak Kurnia dan membawa teman-temannya ke jalan perdamaian,” tuturnya.

Ia berpesan kepada masyarakat agar berhati-hati memilih guru agama dan kelompok kajian di luar mainstream. Sebagaimana kisah Kurnia, kesalahan memilih guru bisa menjadikan seseorang terjerumus ke dalam jurang kesesatan, bahkan ke paham dan jaringan ekstremisme. “Kepada masyarakat harus hati-hati memilih guru agama, karena sebagaimana pak Kurnia ia mendapatkan dakwah dari orang-orang yang salah, dan membuat dia menjadi radikal, menjadi ekstrem, karena memilih pengajian yang salah. Jangan sampai salah memilih majelis, memilih buku, dan memilih guru,” katanya.

“Kepada tokoh masyarakat, ayo kita tengok dan monitor anak kita jangan sampai terbelokkan.”

Selain itu ia juga berpesan kepada orang tua agar menjaga anak-anak generasi muda bangsa agar tidak terpapar ideologi dan gerakan ekstremisme. “Ada anak-anak, generasi yang harus kita pantau, kadang-kadang kita kecolongan di kampus, ikut kegiatan di kampus yang bertolak dengan aqidah orang tuanya, na’udzubillahi min dzalik. Kepada tokoh masyarakat, ayo kita tengok dan monitor anak kita jangan sampai terbelokkan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, ia mengaku senang dengan kegiatan yang diinisiasi AIDA karena belum pernah berjumpa langsung dengan mantan teroris. Kesempatan ini menurutnya momentum baik karena bertepatan menjelang tahun baru Islam. Semangat perdamaian agama Islam diharapkan menyebar ke dalam semangat masyarakat “AIDA luar biasa, hari ini adalah hari yang tepat menjelang tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1441,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, kegiatan tersebut dihadiri oleh penggagas Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD sebagai keynote speaker, Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo, dan sejumlah narasumber di antaranya Direktur AIDA Hasibullah Satrawi, KH Dian Nafi Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Kurnia Widodo, Joshua Ramos, dan dimoderatori oleh tokoh Muda PP Muhammadiyah, Zuly Qodir. (AH)

Baca juga Empati Tokoh Agama kepada Penyintas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *