20/05/2020

Gema Damai Pelajar Pandeglang

Sebagai ikhtiar membangun perdamaian di kalangan pelajar, AIDA menggelar safari perdamaian di Kabupaten Pandeglang, Banten, beberapa waktu silam. Selama sepekan, AIDA mengunjungi lima sekolah yaitu SMKN 6 Pandeglang, SMK Dwi Putra Bangsa, SMA Mathlaul Anwar, SMK Karya Wisata, dan SMAN 1 Pandeglang.

Melalui kegiatan dialog interaktif bertajuk “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh,” AIDA mengajak para siswa lima sekolah di atas untuk mengambil pelajaran dari kisah korban terorisme dan mantan pelaku ekstremisme. Korban adalah saksi hidup yang menunjukkan dampak kerusakan aksi terorisme, sementara pelaku adalah cermin nyata ideologi terorisme.

Baca juga Berbagi Kisah Inspiratif di SMAN 3 Serang

Hayati Eka Laksmi, salah satu korban terorisme yang dihadirkan dalam safari perdamaian tersebut, menuturkan pengalaman pahitnya akibat kehilangan suami yang meninggal dunia dalam peristiwa Bom Bali 2002. Sejak saat itu ia harus memainkan peran sebagai orang tua tunggal bagi kedua buah hatinya yang masih balita.

Selain harus menyembuhkan luka psikis dirinya sendiri, Eka, demikian sapaan akrabnya, juga harus memastikan kedua anaknya dapat bertumbuh kembang secara baik. Berbekal keikhlasan menerima takdir Allah Swt dan optimisme menjemput masa depan, Eka telah berhasil melalui episode hidup yang berat itu.

Baca juga Pesan Damai Guru Tasikmalaya

Sementara di sisi lain, Iswanto, mantan pelaku ekstremisme kekerasan, membagikan kisahnya terlibat dalam kelompok ekstrem sejak duduk di bangku sekolah menengah. Ia lantas terlibat aktif dalam konflik komunal di Poso dan Ambon, sebelum akhirnya secara total meninggalkan kelompoknya yang lama menuju jalan perdamaian. Dari pengalaman tersebut, Iswanto berpesan kepada para peserta untuk pandai memilih teman dan guru agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif.

Merespons kisah Iswanto, salah seorang siswa SMK Dwi Putra Bangsa mengungkapkan bahwa dirinya pernah mendapatkan ajaran yang menjurus pada ekstremisme. Namun ia berinisiatif untuk bertanya kepada salah seorang guru. Melalui dialog tersebut pikirannya lebih terbuka. “Kuncinya adalah harus belajar lebih maju, berpikir lebih maju, dan mencari pengetahuan yang lebih luas lagi agar kita tidak sesat,” ujarnya.

Baca juga Membekali Pelajar Malang dengan Semangat Damai

Hal senada juga diungkapkan oleh seorang peserta kegiatan di SMKN 6 Pandeglang. Ia mengatakan agar para pelajar tidak mencontoh sosok Iswanto yang dahulu, sebaliknya meneladani Iswanto yang sekarang. “Kita harus taat kepada orang tua, guru, dan mencintai negara kita. Kita harus menghargai perbedaan, dan jangan mudah terpengaruh hal-hal yang mengarah kepada aksi kekerasan. Juga kita harus bisa memilah mana yang baik dan tidak baik, agar menjadi manusia yang lebih baik lagi,” pesannya.

Sementara siswa peserta kegiatan di SMA Mathlaul Anwar menyampaikan pembelajaran yang didapatkannya dari kisah Eka. Menurut dia kesabaran adalah kunci sukses menghadapi musibah, sedangkan dendam adalah hal yang sangat merugikan. “Kita harus bisa memaafkan orang yang telah menyakiti kita dan tidak boleh mendendam,” ucapnya.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Tasikmalaya

Dalam kesempatan itu, Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, menyampaikan pandangannya bahwa ketangguhan tidak ditunjukkan secara fisik maupun materi. Sosok yang tangguh adalah yang gagah berani menyadari dan mengakui kesalahan, serta memerbaikinya. Tangguh bukanlah orang yang tidak pernah terpuruk, tapi tangguh adalah orang yang pernah jatuh tapi kemudian bangkit menjalani hidup yang lebih baik.

Ia berharap para peserta mampu menyerap dan mengaplikasikan pembelajaran yang mereka dapatkan dari kegiatan tersebut. Sehingga di masa yang akan datang mampu turut menjaga perdamaian dunia. [FL]

Baca juga Berdamai dengan Masa Lalu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *