Pesan Perdamaian Pelajar Tasikmalaya

Aliansi Indonesia Damai- Bulan lalu AIDA menggelar kampanye perdamaian di sejumlah sekolah di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kegiatan dikemas dalam bentuk Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Kegiatan diikuti oleh 50 siswa di tiap sekolah yang dikunjungi.

Kegiatan ini menghadirkan tim perdamaian yang terdiri dari unsur mantan pelaku terorisme dan korbannya. Mereka berbagi cerita dan pengalaman hidup. Melalui kisah hidup tim perdamaian, siswa diharapkan bisa mengambil pembelajaran (ibroh) dari ketangguhan mereka. Sebagian peserta mengaku terinspirasi dari kedua belah pihak dan menyampaikan pesan-pesan perdamaian.

Baca juga Ada Kemudahan di Balik Kesulitan

Salah satu pelajar SMAN 5 Tasikmalaya menyatakan, terorisme kerapkali menggunakan ajaran Islam sebagai pembenaran atas tindakannya. Hal itu membuat agama Islam seolah-olah pro terhadap kekerasan. Padahal sejatinya Islam mengajarkan cinta dan kasih sayang serta tidak mengajarkan cara-cara kekerasan.

“Islam tidak mengajarkan kekerasan, tetapi Islam itu mengajarkan kita perdamaian. Bahkan Islam menyerukan kita untuk saling memaafkan dan saling menghargai satu sama lain,” katanya.

Baca juga Pembelajaran dari Penyintas dan Mantan Ekstremis

Sementara menurut salah seorang pelajar SMA IT Al Faqih, sebagian besar kelompok ekstremis acapkali menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai sesuatu yang dianggapnya baik. Padahal cara-cara tersebut menimbulkan derita yang berkepanjangan bagi para korbannya. Padahal Islam mengajarkan, mencegah datangnya keburukan (mudharat) lebih baik daripada meraih kebaikan. Nabi Muhammad Saw mendakwahkan Islam dengan cara perdamaian.

“Melakukan kekerasan perlu dilihat bahwa hal itu ada mudharatnya. Orang akan melihat kita itu radikal. Yang baik itu kebenaran kita tegakkan bukan dengan cara kekerasan, karena Islam diajarkan Nabi Muhammad dengan perdamaian,” ucapnya.

Seorang siswa menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMK MJPS 1 Tasikmalaya.

Selesaikan masalah dengan perdamaian

Kisah ketangguhan korban dan mantan pelaku yang telah insaf juga menjadi inspirasi bagi para siswa. Dari sisi mantan pelaku terorisme, tangguh adalah keberanian untuk mengakui kesalahan. Sementara dari sisi korban, tangguh adalah bangkit dari keterpurukan. Ada satu hal yang penting dari kisah kedua belah pihak, yakni rekonsiliasi dan perdamaian.

Baca juga Perdamaian Kebutuhan Dasar

Dari aspek rekonsiliasi, beberapa siswa mengambil kesimpulan bahwa masalah akan selesai bila kedua belah pihak mampu saling menghormati dan berfokus pada penyelesaian masalah dengan cara yang baik, sehingga dari sana perdamaian akan terlahir.

“Kita hidup damai, saling memaafkan dengan hidup saling menghargai, menghormati dan menanggulangi masalah dengan cara-cara baik bukan dengan kekerasan,” ungkap peserta asal SMK MJPS 1 Tasikmalaya. [MSH]

Baca juga Semangat Perdamaian dari SMAN 4 Tasikmalaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *