02/10/2020

Ukhuwah Alim Ulama untuk Indonesia Damai

Aliansi Indonesia Damai- Ketidakadilan menjadi salah satu faktor pemicu lahirnya konflik kekerasan di tengah masyarakat yang beragam. Alim ulama diminta memperkuat ukhuwah dan sinergitas gerakan perdamaian agar pelbagai konflik kekerasan yang pernah terjadi di Indonesia tak kembali terulang.

Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo mengatakan, gerakan perdamaian yang sudah dicontohkan alim ulama pendiri bangsa harus dilanjutkan dan diperkuat oleh generasi penerusnya. Tanpa keterlibatan alim ulama, konflik komunal yang pernah terjadi di Indonesia berpotensi terulang kembali.

Baca juga Mahfud MD: Kuatkan Persaudaraan Melalui Ibroh

“Gerakan perdamaian yang selama ini sudah dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan, para ulama, dan kita menjadi bagian dari pewaris, harus diaktifkan lagi secara lebih kuat,” kata Imam saat memberikan pengantar dalam acara “Halaqah Alim Ulama: Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan Ibroh” yang digelar AIDA secara daring bekerjasama dengan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah dan Program Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (24/9).

Menurut Imam, benih-benih konflik yang dapat tumbuh akibat perbedaan-perbedaan pilihan di kalangan masyarakat harus disikapi secara dewasa. Alim ulama harus menjadi pionir untuk merekatkan kembali segregasi sosial yang mengarah pada perpecahan masyarakat.

Baca juga Membangun Perdamaian dengan Wasathiyah

Dengan mengutip kandungan Al-Qurán surat Al-Ma’un, Imam mengajak alim ulama untuk merenungkan kembali tanggung jawab tokoh agama terhadap perdamaian. Menurut dia, tanggung jawab pemimpin agama tidak hanya menyangkut ibadah ritual semata, melainkan juga perihal hajat hidup masyarakat luas. “Ritual keagamaan harus mewujud pada kemaslahatan umat,” tuturnya.

Alim ulama diharapkan tidak hanya menjadi pemimpin dalam urusan praktik ibadah keagamaan, tetapi juga dalam hal gerakan perdamaian. Sebagaimana peraih nobel perdamaian 2006, Muhammad Yunus, yang dapat menjadi cermin tokoh yang berkontribusi nyata dalam pembangunan perdamaian.

Baca juga Imam Prasodjo: Gerakan Perdamaian Harus Dikuatkan

“Dengan spirit surat Al-Ma’un, nobel perdamaian diberikan kepada promotor perdamaian dunia (Muhammad Yunus). Aktivis sosial yang memerhatikan orang-orang miskin dan perempuan papa,” ujar Imam.

Gerakan tokoh asal Bangladesh itu sangat inspiratif karena mampu memberikan pinjaman skala kecil untuk masyarakat miskin yang tidak mampu meminjam uang dari bank. Dari gerakan semacam itu, keadilan dan kesejahteraan masyarakat perlahan dapat terwujud.

Baca juga Motivasi Kebangkitan dari Korban Bom

Dalam konteks Indonesia, gerakan serupa telah dilakukan oleh para alim ulama puluhan tahun lalu, sebagaimana pernah dilakukan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, yang mendirikan lembaga sosial dan pendidikan bagi masyarakat.

“Gerakan-gerakan itu harus kita gemakan, tidak hanya kepada umat Islam, akan tetapi juga lintas sektoral, suku, etnis bahkan bangsa. Karena kita terdiri dari berbagai bangsa juga bisa membangkitkan gerakan perdamaian,” tuturnya.

Imam berharap, gerakan-gerakan perdamaian dengan cara memerjuangkan keadilan sosial bisa lebih kuat dan menjadi kesadaran bersama. [FS]

Baca juga Belajar dari Bom Surabaya 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *