Motivasi Kebangkitan dari Korban Bom
Aliansi Indonesia Damai- Sebanyak 52 orang siswa SMAN 4 Tasikmalaya, Jawa Barat, tampak serius menyimak paparan Christian Salomo, korban Bom Kuningan 2004, dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA secara virtual pada Rabu (23/09/2020).
Kris, demikian sapaan akrabnya, mengisahkan perjuangannya menjalani masa-masa sulit usai menjadi korban bom, hingga mampu bangkit dari keterpurukan. Hari menjelang siang, 9 September 2004, Kris sedang menjalankan kewajiban sebagai petugas keamanan di Kedubes Australia. Tiba-tiba ia mendengar dentuman dahsyat. Ia tak menyadari bahwa itu adalah suara ledakan bom sebelum akhirnya melihat banyak orang bergelimpangan.
Baca juga Siswa Tasikmalaya Belajar Menjadi Generasi Tangguh
“Ketika sadar itu bom, saya mencoba menyingkir dari situ. Ketika bergerak saya merasakan sakit yang luar biasa di kaki. Saya kemudian terjatuh. Saya lihat kaki saya hancur,” ujarnya mengenang peristiwa pahit itu.
Saat itu Kris merasa sangat putus asa. Seolah tak ada harapan kesembuhan untuk kakinya. Ia takut kehilangan kaki karena diamputasi. Bukan hanya itu, beberapa serpihan bom juga menancap di tubuhnya. Ia harus menjalani pemulihan selama beberapa bulan. Ketika itu kebencian terhadap pelaku pengeboman juga muncul. “Itu adalah masa-masa paling menyakitkan, luar biasa sakit. Hingga saat ini saya juga masih harus melakukan kontrol rutin,” ucapnya.
Baca juga Bersyukur sebagai Terapi Kebangkitan
Seiring waktu, Kris mendapatkan dukungan dari kerabatnya sehingga perlahan pulih. Kebencian terhadap pelaku juga mulai memudar. Ia bersyukur Tuhan masih memberi kesempatan kesembuhan pada kakinya. Hal yang membuat pemulihannya berjalan lebih baik.
Kini Kris telah bangkit dari keterpurukan. Ia mulai belajar memaafkan pelaku. Bahkan bergabung dengan AIDA untuk menyebarkan perdamaian. Ia ingin membagikan kisah hidupnya agar dapat menjadi pelajaran dan inspirasi bagi orang lain. Ia tak ingin lagi ada korban selanjutnya.
“Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa mengubah masa depan dengan mencoba membuka hati, memahami perbedaan dan menyebarkan cinta kasih kepada sesama,” pesannya kepada para pelajar yang mengikuti kegiatan.
Baca juga Penyintas Bom Dorong Remaja Jadi Duta Damai
Seorang siswa mengaku mendapatkan motivasi dari kisah yang disampaikan Christian. Ia menyampaikan bahwa kekerasan tak pernah membawa dampak yang bermanfaat, baik bagi korban dan pelaku. Kris telah mendapatkan kesempatan besar dari Tuhan yang dimanfaatkannya untuk bangkit menjadi lebih baik. “Kisah Pak Christian memotivasi saya untuk lebih bersyukur. Seburuk apa pun, serendah apa pun kita dalam masa itu, kita masih ada kesempatan untuk bisa bangkit kembali,” katanya.
Usai kegiatan, siswa ini juga menyampaikan pembelajaran yang ia dapatkan dari kisah korban melalui sebait pantun,
“Beranjak keluar menatap awan
Awan di luar mengisyaratkan hujan
Jangan balas ketidakdilan dengan ketidakadilan
Doakan yang tidak adil mendapat hidayah dari Tuhan.” [LADW]
Baca juga Semangat Siswa Lampung Menebar Damai