24/11/2020

Dialog Pelajar SMAN Ngamprah dengan Mantan Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- Beberapa waktu lalu, AIDA menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diikuti 55 siswa dari beberapa sekolah di Bandung, di antaranya dari SMAN 1 Ngamprah, Bandung Barat.

AIDA menghadirkan Tim Perdamaian yang terdiri dari mantan pelaku terorisme dan korban bom sebagai narasumber. Keduanya berbagi kisah ketangguhan menjalani lika-liku hidup. Mantan pelaku yang dihadirkan adalah Kurnia Widodo. Ia berbagi pengalaman hidupnya dan berdialog langsung dengan para peserta.

Salah seorang siswi SMAN 1 Ngamprah menanyakan pendapat Kurnia mengenai dugaan kelompok ekstrem ditunggangi oleh kelompok tertentu. Kurnia menampik hal tersebut. Menurut pengalamannya pribadi, aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstrem adalah upaya menuntut keadilan, tetapi dengan cara yang salah. Pasalnya tindakan tersebut justru menciptakan ketidakadilan yang baru. “Bukannya menyelesaikan masalah, namun memunculkan  masalah yang baru,” ujar Kurnia.

Baca juga Inspirasi Pemaafan Pelajar Bandung

Siswi tersebut mengaku bahwa ayahnya menjadi salah satu korban aksi kelompok ekstrem di Poso Sulawesi Tengah. Kurnia langsung meminta maaf, meski ia tidak terlibat sama sekali dengan jaringan ekstremisme di Poso. “Saya mengucapkan belasungkawa kepada keluarga adik dan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kelompok ekstrem bisa berubah dan sadar atas perbuatannya,” ujarnya.

Peserta lain dari SMAN 1 Ngamprah menanyakan eksistensi kelompok ekstrem dan pandangan mereka terhadap sosok Kurnia yang kini mempromosikan perdamaian.

Baca juga Penyintas Bom: Jangan Berhenti Bercita-cita

Kurnia menuturkan bahwa kelompoknya masih ada sampai sekarang. Dirinya juga telah dikafirkan lantaran dianggap membelot dari paham kekerasan. Ia tidak memersoalkan label negatif tersebut dan tetap konsisten di jalan perdamaian.

Pada akhir sesi, ia berpesan kepada generasi muda agar berhati-hati  terhadap kelompok ekstrem. “Saya harap adik-adik tidak terjerumus seperti saya. Karena untuk keluar dari kelompok tersebut lebih sulit dari memasukinya,” ucap Kurnia yang pernah menjalani hukuman di Lapas Cipinang Jakarta. [MSH]

Baca juga Belajar dari Mantan Ekstremis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *