23/11/2020

Tangguh Menjaga Perdamaian

Pohon kelapa warnanya coklat
Daunnya panjang melambai-lambai
Generasi muda kuat dan hebat
Mari ciptakan Indonesia damai

Aliansi Indonesia Damai- Sebait pantun disampaikan oleh siswa SMAN 3 Bandar Lampung dalam  kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama menjadi Generasi Tangguh” yang dihelat AIDA secara daring pada Senin (16/11/2020). Sang siswa lantas mengajak rekan-rekannya turut andil mewujudkan perdamaian di bumi pertiwi.

Senada dengan anak didiknya, Cindy Khalisa, guru SMAN 3 Bandar Lampung, yang mendampingi para siswa dalam kegiatan tersebut juga menyampaikan harapan agar para siswanya kelak dapat menjadi generasi tangguh yang tidak terlibat dalam aksi-aksi kekerasan dan anarkistis.

Baca juga Direktur AIDA: Wujudkan Generasi Muda Tangguh

Salah satu narasumber yang dihadirkan AIDA dalam kegiatan ini adalah Kurnia Widodo, mantan narapidana terorisme yang telah bertobat dan bersyiar mengkampanyekan perdamaian bersama AIDA. Ia menjelaskan narasi-narasi yang membuatnya terjerat masuk dalam kelompok ekstremisme kekerasan.

Salah satu narasi yang menarik adalah ketidakadilan dan kezaliman yang menimpa umat muslim di belahan negeri lain. Dari situ Kurnia terprovokasi untuk membalasnya. Narasi itu kerap dibumbui dengan kebencian dan hoaks.

Selain itu kelompok ekstremis juga menjanjikan tentang kehidupan yang lebih baik dalam naungan khilafah.  Apabila khilafah berdiri, maka akan tercipta kesejahteraan.  Segala bentuk riba akan hilang. “Pada kenyataannya, khilafah yang dibentuk mereka (ISIS: red) justru sangat buruk dan lebih parah kondisinya daripada Indonesia,” ujar Kurnia.

Baca juga Pelajar Lampung Belajar dari Penyintas

Menurut Kurnia kelompok ekstremis merasa paling benar dalam bertauhid dan meyakini bahwa hanya kelompok mereka yang paling benar. Walhasil mereka beranggapan bahwa masyarakat pada umumnya tidak bertauhid secara benar.

Kurnia lantas membagikan tips agar generasi muda terhindar dari kelompok ekstremis. Menurut dia, berteman juga membutuhkan kehati-hatian, karena dari pengalamannya, ia masuk ke dalam jaringan atas ajakan teman.

Kemudian anak muda harus bersikap kritis terhadap setiap informasi dan doktrin. “Budayakan berpikir kritis, tidak sekadar percaya begitu saja. Kita harus tabayyun, apakah informasi itu benar atau tidak dengan membandingkan dengan ustaz atau referensi lain,” katanya.

Baca juga Menjauhi Ajaran Kekerasan

Lebih jauh Kurnia mengajak para peserta untuk bersyukur hidup di Indonesia yang  aman dan damai. Meskipun ada ajakan untuk melakukan kekerasan atau kerusakan, tapi apabila memiliki rasa syukur, maka tidak akan mudah untuk tertarik.

Usai mendengar paparan Kurnia, salah seorang siswa mengaku mendapatkan pelajaran tentang pentingnya menjadi generasi tangguh yang mau memperbaiki kesalahan di masa lalu. “Apabila kita berada di jalan yang salah, maka kita harus terus berusaha untuk keluar dan terus semangat berikhtiar untuk memperbaiki diri,” ucapnya. [FL]

Baca juga Dialog Pelajar Lampung dengan Mantan Ekstremis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *