Dialog Siswa SMAN 5 Surakarta dengan Korban Bom Bali
Aliansi Indonesia Damai- Kehilangan sosok tulang punggung keluarga dengan sangat tiba-tiba, terlebih dengan cara yang sangat sadis menjadi pukulan telak bagi Nyoman Rencini. Peristiwa Bom Bali 2002 merenggut nyawa suaminya, Ketut Sumerawat. Walhasil Rencini yang sebelumnya murni mengurus rumah tangga harus memainkan peran ganda demi ketiga putrinya yang kala itu masih sangat belia.
Rencini cukup detail membagikan kisah perjuangan hidupnya di hadapan 61 satu siswa SMAN 5 Surakarta peserta Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA, Sabtu (06/02/2021).
Baca juga Dialog Siswa SMAN 5 Surakarta dengan Mantan Ekstremis
Ia memang sempat terpuruk dan bingung harus bagaimana menjalani hidup. Namun saat melihat wajah ketiga putrinya, semangatnya bangkit. Ia memutuskan menjadi pedagang keliling. Pagi hari ia mengantarkan anak ke sekolah, siang hari bekerja, sore hari menjemput anak, malamnya ia kembali berjualan keliling.
Ia merasa sangat beruntung karena ketiga buah hatinya sangat patuh dengan nasehat-nasehatnya. Saat ini, anak pertamanya telah bekerja. Sementara anak kedua dan ketiganya tengah melanjutkan studi jenjang sarjana sembari bekerja. Kepada para siswa, Rencini berpesan agar mereka menghormati orang tua dan guru di sekolah.
Baca juga Dialog Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta dengan Mantan Napiter
“Ibu yakin kalian anak-anak yang pintar. Maka pintarlah dalam memilih pergaulan. Benarkan yang benar dan jangan benarkan hal yang salah. Kalau kamu berbuat baik, maka kelak kamu akan memanen kebaikan pula,” ucapnya.
Usai Rencini mengisahkan perjalanan hidupnya, salah seorang peserta menanyakan tentang faktor-faktor yang membuat Rencini bisa bangkit dan kuat menjalani hidup. “Dan juga apakah Ibu memendam rasa dendam atas kematian suami?” ucapnya.
Baca juga Dialog Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta dengan Penyintas Terorisme
Rencini mengatakan bahwa ia bisa bangkit karena ketiga putri terkasihnya. Ia tidak ingin berlama-lama dalam ketidakberdayaan menangisi kepergian suaminya. Bagaimanapun caranya harus kuat dan segera bangkit untuk menggantikan tugas suami mencari nafkah sekaligus mendidik ketiga putrinya. “Saya sudah kehilangan satu orang belahan jiwa saya. Apa pun caranya saya tidak mau jika harus kehilangan ketiga buah hati saya juga,” ujarnya.
Rencini juga mengaku tidak memendam dendam. Karena tidak ada untungnya sama sekali menyimpan dendam. “Pertama, dendam itu jelek untuk saya. Kedua, jelek juga untuk pengajaran anak-anak saya,” katanya.
Seorang peserta lain mengaku mendapatkan pembelajaran berharga dari sosok Rencini yang tangguh menjalani hidup. “Saya belajar untuk tidak mempunyai sifat pendendam dan tidak melakukan balas dendam,” katanya di sesi akhir kegiatan. [FL]