25/02/2021

Pelajaran Damai dari Mantan Ekstremis

Di kondangan menikmati makan
Makannya tumis jamur tiram
Mari terus kita gaungkan
Salam damai hidup tenteram

Aliansi Indonesia Damai- Sebait pantun dibacakan seorang siswa SMAN 1 Malang, Jawa Timur, dalam Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan AIDA pada Kamis (18/02/2021). Pantun itu berisi ajakan kepada semua pihak untuk terus menjaga perdamaian dan ketenteraman di mana pun berada.

Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Iswanto alias Zaim, mantan pelaku ekstremisme kekerasan. Iswanto menuturkan awal keterlibatannya dalam kelompok ekstrem, menjadi kombatan dalam konflik Ambon dan Poso, dan keputusannya untuk meninggalkan kelompok lamanya. Ia kini aktif mengampanyekan perdamaian di pelbagai forum.

Baca juga Inspirasi Damai Siswa SMAN 3 Malang

Beberapa peserta tertarik dengan perjalanan hidup Iswanto. “Guru Pak Is dulu menyampaikan pemikiran-pemikiran membenci nonmuslim. Padahal semua agama mengajarkan untuk menyayangi sesama manusia. Apakah rasa menyayangi sesama manusia dihilangkan dalam konteks jihad?” ujar seorang peserta mengutarakan pertanyaan.

Menanggapi hal tersebut, Iswanto mengisahkan kembali bagaimana dulu gurunya kerap menjelaskan tentang ketidakadilan yang dilakukan oleh kelompok nonmuslim terhadap umat Islam di luar negeri. Walhasil ia dan teman-temannya mempunyai ghiroh untuk membalaskan dendam terhadap umat nonmuslim di mana pun, tanpa melihat mereka bersalah atau tidak.

Baca juga Dialog Siswa SMAN 1 Malang dengan Penyintas Bom Thamrin

“Jangankan nonmuslim, yang muslim namun tidak sepaham dengan kelompok mereka, maka akan dibenci oleh mereka. Sampai orang tua kita pun kalau tidak sepaham juga akan kita musuhi,” katanya menambahkan.

Saat ini pikiran negatif Iswanto terhadap nonmuslim telah berubah. Ia mengisahkan perjumpaannya dengan seorang nonmuslim asal Belanda yang menjadi korban Bom Marriott 2009, pada tahun 2015. Rasa kemanusiaannya tergugah setelah melihat kondisi fisiknya yang memprihatinkan. Ia kehilangan kedua kaki dan fungsi pendengarannya menurun.

Baca juga Tantangan Pertobatan Napiter

“Setelah mendengar kisah beliau dan melihat video beliau, membuat sifat kemanusiaan diri saya tumbuh. Bagaimana jika kejadian semacam itu terjadi kepada saya? Atau keluarga saya? Dan beliau juga tidak bersalah pada waktu itu. Dia sedang bekerja seperti yang lainnya pada waktu itu,” ucapnya.

Peserta lain menanyakan terkait pesan Iswanto tentang kehati-hatian dalam memilih guru. Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa guru tersebut mengajarkan ilmu yang lurus ataukah ilmu yang melenceng dan membawa kerusakan?

Baca juga Pesan Perdamaian Siswa SMAN 1 Lawang

“Mengidentifikasi seseorang telah bergabung dengan kelompok terorisme bukan dengan melihat penampilan lahirnya. Melainkan dengan mengetahui sikap dan pemikiran mereka. Apabila yang diajarkan adalah kebencian terhadap negara, jelas itu akan mengarah kepada ekstremisme yang akan merusak perdamaian,” demikian Iswanto menjawab pertanyaan.

Ia menambahkan, apabila kita mengetahui seseorang terindikasi sebagai jaringan terorisme maka harus melapor kepada yang berwajib. Dan apabila telah mengikuti pengajiannya, maka harus selekasnya berhenti. [FL]

Baca juga Menaruh Harapan di Pundak Remaja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *