Pesan Perdamaian Siswa SMAN 1 Lawang
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar kampanye perdamaian di SMAN 1 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Selasa (16/02/2021). Kegiatan yang diikuti oleh 55 siswa tersebut dikemas dalam Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”.
Kegiatan ini menghadirkan tim perdamaian yang terdiri dari unsur mantan pelaku terorisme dan korbannya. Choirul Ihwan, mantan napi terorisme, menceritakan kisahnya berkecimpung dalam kelompok kekerasan hingga akhirnya bertobat dan kini mengampanyekan perdamaian. Sementara Nanda Olivia, korban Bom Kuningan 2004, menceritakan kisahnya mengalami musibah berat itu dengan penuh haru serta proses kebangkitannya.
Baca juga Menaruh Harapan di Pundak Remaja
Sebagian peserta mengaku terinspirasi dari kedua belah pihak dan menyampaikan pesan-pesan perdamaian. Salah satu peserta menyatakan, kisah Nanda membuatnya menyadari bahwa dendam tidak akan bisa mengobati rasa sakit hati dalam diri seseorang, sebaliknya akan membuat orang yang mendendam akan semakin sakit. “Dendam tidak akan menyelesaikan masalah dan mengobati rasa sakit yang kita alami, malah akan memperpanjang masalah,” ujar siswa kelas X MIPA 3 tersebut.
Pernyataan tersebut diamini peserta lain. Bahkan ia menganjurkan agar setiap orang mau memahami motif pelaku. Barangkali dari sana akan timbul rasa maaf. Ia berkaca pada pengalaman Nanda saat pertama kali bertemu mantan pelaku terorisme, di mana ia berupaya tegar mendengarkan kisahnya terjerumus dalam kelompok kekerasan.
Baca juga Penyintas Bom Menginspirasi Siswa SMK Turen Malang
“Tidak semua orang atau semua kejadian itu dibalas dengan kejahatan. Karena kita tidak mengerti apa yang mereka lakukan itu untuk apa, namun caranya salah jalan,” ujarnya.
Kisah Choirul pun memberikan kesan mendalam kepada peserta. Seorang peserta mengaku memahami bahwa jalan terorisme dipilih saat orang merasa kecewa terhadap sistem pemerintahan. Menurut dia, saat merasa marah, kecewa, bahkan senang, sebaiknya orang tidak larut dalam perasaan tersebut.
“Jangan terlalu cepat mengambil keputusan di saat kita senang maupun sedih, karena itu hanyalah emosi sesaat,” ucap siswa kelas XI tersebut. [MSH]