Generasi Intelektual Duta Perdamaian
Aliansi Indonesia Damai- Belum lama ini Indonesia dilanda dua kali serangan terorisme. Tak lama setelah aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Mabes Polri Jakarta diserang oleh perempuan muda yang datang membawa senjata api. Usia para pelaku pada dua kasus tersebut masih relatif muda yaitu 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda rentan terpengaruh doktrin ekstremisme kekerasan.
Dalam Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya yang diselenggarakan AIDA secara daring pada awal bulan ini, Riri Khariroh, Direktur Eksekutif AIDA, memaparkan beberapa faktor yang memicu kerentanan para pemuda terpapar oleh ideologi ekstrem. Di antaranya yaitu ghiroh atau semangat yang tinggi untuk membela agama dan kelompoknya.
Baca juga Dialog Mahasiswa IIQ Yogyakarta dengan Mantan Napiter
Selain itu usia muda adalah fase pencarian jati diri. “Mereka memiliki dorongan keinginan untuk diakui oleh lingkaran pergaulannya. Sehingga hal-hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menjalankan misi ekstremisme mereka,” ujar Riri di hadapan puluhan mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta yang mengikuti kegiatan.
Menyadari kerentanan tersebut, AIDA berusaha memfasilitasi para mahasiswa untuk belajar tentang nilai-nilai perdamaian dari pelaku terorisme yang sudah bertobat dan korbannya. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam isu-isu pembangunan perdamaian dan juga semakin meningkatkan kesadaran akan bahaya aksi-aksi kekerasan atas nama apa pun.
Baca juga Pengalaman Belajar Nilai Perdamaian
Mahasiswa sebagai agen intelektual memiliki ruang yang sangat terbuka untuk mendialogkan perbedaan pendapat dan pemikiran kritis secara bertanggung jawab.
“Diharapkan para agen intelektual ini dapat mendialogkan pemikiran-pemikiran keislaman ataupun yang lainnya dengan cara-cara yang akademis, bukan cara kekerasan maupun pemaksaan kehendak yang biasa kita sebut truth claim atau klaim kebenaran,” ujar Riri menaruh harapan.
Baca juga Ekstremisasi Via Jagat Maya
Dalam hemat Riri, para pemuda memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi duta-duta perdamaian. Setiap kampus mengemban misi trilogi perguruan tinggi di mana salah satunya adalah pengabdian. Mahasiswa harus menyebarkan nilai-nilai perdamaian ke masyarakat luas.
“Untuk itulah kami, AIDA, datang ke kampus-kampus untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan para mahasiswa dan civitas akademika untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai, menghargai persaudaraan dan persatuan sesama anak bangsa,” ucap Riri memungkasi sambutannya.[FL]
Baca juga Pelaku Teror Tak Pikirkan Korbannya