15/04/2021

Belajar dari Kehidupan Korban Kekerasan

Aliansi Indonesia Damai- Pelbagai aksi kekerasan terorisme di Indonesia menimbulkan dampak penderitaan yang luar biasa bagi korbannya. Ada orang yang kehilangan nyawa, sebagian yang lain harus menjadi disabilitas seumur hidup serta mengalami trauma psikis yang tak mudah sembuh. Kendati demikian para korban dapat memetik hikmahnya. Mereka tidak berputus asa, bahkan mampu bangkit dari keterpurukan yang mereka alami.

Demikian pesan yang mengemuka dalam acara Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, yang digelar AIDA bersama DEMA IAIN Purwokerto, Selasa (13/4/2021). Ratusan mahasiswa mengikuti kegiatan ini secara daring. Salah seorang narasumber, Ulfatul Kholidah, menjelaskan bahwa kekerasan di masa lalu banyak memberikan pembelajaran untuk kebaikan dan perdamaian Indonesia. Dia mengajak generasi muda mengambil hikmah dari kisah kehidupan korban terorisme.

Baca juga Generasi Intelektual Duta Perdamaian

“Berbagai penderitaan dialami oleh korban hingga mereka mampu bertahan. Perspektif ibroh atau pembelajaran ini tentunya sesuai dengan tuntunan agama Islam,” ujar alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu sebelumnya. 

Ia berbagi pengalamannya bertemu dan mendengar langsung kisah hidup korban-korban terorisme dalam kegiatan AIDA. Menurut dia, kisah kehidupan korban telah terekam jelas dalam buku La Tay’as karangan Hasibullah Satrawi. Dari hasil bacaannya, Ulfah berkesimpulan bahwa korban terorisme merupakan cerminan nyata dari bahaya aksi terorisme.

Baca juga Dialog Mahasiswa IIQ Yogyakarta dengan Mantan Napiter

Korban adalah pihak yang tidak mempunyai masalah dengan pelakunya, bahkan sebagian besar tak memahami persoalan dan motivasi aksi terorisme. “Sebagian mereka hanya sekadar lewat di lokasi kejadian,” katanya.

Ia lantas mengajak mahasiswa untuk mengarusutamakan perspektif korban dalam isu terorisme. Sebab selama ini peristiwa terorisme lebih banyak dipandang dari perspektif pelakunya. Masih relatif sedikit yang memedulikan korban. “Padahal hidup korban berubah total usai musibah yang menimpanya. Bagaimana pengobatan mereka, siapa yang peduli saat keadaan seperti itu,” ucap Ulfah.

Baca juga Pengalaman Belajar Nilai Perdamaian

Dalam hematnya, pembelajaran luar biasa dari kisah korban adalah ketika sebagian dari mereka memaafkan pelakunya. “Mereka bertahan dan memaafkan. Kita pun mendapat inspirasi dari korban bahwa mereka tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan. Mereka memiliki sikap tangguh dalam menghadapi cobaan dan hal-hal lain yang membuat dirinya terpuruk,” tuturnya.

Dari kehidupan korban, semua pihak harus menjadikan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian sebagai prinsip dasar. Mahasiswa sebagai generasi intelektual berhak berpikir kritis dan membaca literatur apa pun dalam ranah akademik. Namun bila bacaan dan gerakan itu telah mengarah pada aksi kekerasan maka harus dihindari. “Kita harus mengembangkan nalar kritis, namun jangan sampai melakukan kekerasan,” katanya. [AH]

Baca juga Ekstremisasi Via Jagat Maya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *