13/04/2021

Dialog Mahasiswa IIQ Yogyakarta dengan Mantan Napiter

Aliansi Indonesia Damai- Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menggelar “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya” pada Sabtu (03/04/2021). Kegiatan ini hasil kerja sama AIDA dengan Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Hadir dalam acara ini sejumlah narasumber, salah satunya mantan narapidana terorisme (napiter), Muktar Khairi.

Mukhtar mengisahkan perjalanan hidupnya; awal keterlibatan dalam kelompok ekstrem, mengikuti pelatihan militer sebagai bentuk persiapan jihad, kemudian tertangkap dan harus menjalani hukuman penjara beberapa tahun di Lapas Cipinang, hingga akhirnya hijrah menuju jalan perdamaian. Sejumlah pertanyaan muncul dari para peserta. Salah seorang mahasiswa menanyakan tentang ideologi yang mendasari perbuatan kelompok ekstrem.

Baca juga Pengalaman Belajar Nilai Perdamaian

Dalam pengalaman pribadinya, Mukhtar mengaku bahwa aksi yang dilakukan kelompoknya kala itu memang mengatasnamakan agama. Salah satu dalil yang menjadi rujukan adalah ‘tidak ada hukum selain hukum Allah’ untuk melegitimasi aksi-aksinya.

Namun, setelah merenung cukup lama, Mukhtar menyadari bahwa aksi kekerasan justru berbanding terbalik dengan cita-cita ‘mulia’ yang ingin mereka capai. “Memang kita mengatasnamakan agama. Seakan-akan kita ingin mengajak (ke arah) islami. Tapi faktanya kita malah berbuat kerusakan. Ini tentu kontradiksi,” ungkapnya.

Baca juga Ekstremisasi Via Jagat Maya

Mahasiswa lain bertanya tentang proses rekrutmen di kalangan ekstremis. “Apakah pengajian ekstrem yang berpotensi meradikalkan pemikiran seseorang masih eksis sampai sekarang,” ujar salah seorang peserta.

Mukhtar menjawab, pengajian ekstrem saat ini masih tersebar di mana-mana. Bahkan, penyebarannya menjadi semakin masif seiring berkembangnya media sosial. “Kalau masa saya dulu, itu kita lebih banyak tatap muka, offline. Kalau sekarang lebih banyak online,” tutur Mukhtar.

Baca juga Pelaku Teror Tak Pikirkan Korbannya

Ia lantas membagikan tips bagaimana cara membentengi diri dari pengajian ekstrem tersebut. “Bagaimana cara menanganinya? Tentu saya berpesan kepada adik-adik semua, perkuat literasi beragama! Itu pondasi kita. Kalau kita banyak referensi, memperkuat literasi agama kita, Insya Allah kita akan selamat dan bisa mendakwahkan kekeliruan-kekeliruan paham ekstrem tersebut,” ucapnya. [FAH]

Baca juga Rahasia Ikhlas Memaafkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *