12/09/2021

Hikmah dari Kehidupan Penyintas dan Pelaku Terorisme

Aliansi Indonesia Damai- Sejumlah siswa SMKN 3 Surakarta berbagi pesan, kesan, serta pembelajaran dari kisah hidup penyintas terorisme dan mantan pelakunya. Hal itu mengemuka saat AIDA menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh,” Jumat (10/09/2021).

Beberapa siswa mengatakan bahwa kisah kehidupan penyintas dan pertobatan mantan pelaku terorisme syarat akan hikmah dan pembelajaran bagi generasi muda. Pembelajaran yang dapat mereka serap antara lain tentang nilai-nilai ketangguhan, kesabaran, permaafan, dan keberanian diri untuk mengakui kesalahan sekaligus memperbaiki kesalahannya.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Surakarta (Bag. 1)

Dalam kesempatan itu AIDA menghadirkan korban tidak langsung bom Bali 2002, Ni Wayan Rasni Susanti, dan mantan pelaku terorisme, Sumarno. Rasni harus menanggung beban hidup keluarga setelah ditinggal seorang suaminya. Sementara Sumarno adalah keluarga dari para pelaku bom Bali I. Ia terlibat dalam kasus penyimpanan senjata dan bahan peledak sehingga bertahun-tahun harus mendekam di dalam penjara.

Seorang siswi mengaku kagum atas ketangguhan hidup penyintas. Pasalnya, di saat harus kehilangan tulang punggung bagi keluarganya, Rasni masih mampu bangkit dan dapat menghidupi anak-anaknya yang saat itu masih kecil. Meski bertahun-tahun harus menderita dengan persoalan hidup dan trauma yang tak mudah hilang, Rasni justru membuka lembaran baru dengan memaafkan pelakunya.

Baca juga Dialog Siswa SMAN 4 Surakarta dengan Penyintas Bom Kuningan

“Ketabahan dan ketegaran Ibu Rasni menghadapi ujian seberat apapun. Dia berusaha tidak menyalahkan siapapun dalam takdir yang sudah ditentukan, bahkan berusaha bangkit,” ujar salah seorang siswi.

Menurut seorang siswa, pembelajaran yang tak kalah penting dari kisah Rasni adalah tentang kokohnya keimanan. “Dari kisah Ibu Rasni yang saya dapatkan adalah pelajaran bahwa apapun yang terjadi, tetaplah berserah pada yang Maha Kuasa karena hanya Dia yang dapat membantu kita. Sedih tidak apa-apa, tetapi jangan berlebihan dan berkepanjangan karena akan berpengaruh pada diri kita kedepannya dan tentunya juga orang-orang di sekitar kita juga,” ucapnya.

Baca juga Ketangguhan Penyintas di Mata Siswa SMAN 2 Surakarta

Kisah Rasni juga mengundang decak kagum seorang siswi, terutama ketangguhannya sebagai seorang perempuan. Tak pernah mudah melanjutkan hidup ketika permasalahan itu teramat berat. Menurutnya, salah satu kunci ketangguhan hidup Rasni adalah karena kekuatan cinta terhadap keluarga. “Pembelajarannya adalah berusaha, berjuang, bersemangat, dan bangkit dari keterpurukan untuk keberlangsungan hidup dan untuk orang-orang tercinta di sekitar kita,” katanya.

Tak hanya itu, kegigihan tekad dan keberanian Sumarno untuk bertobat dan mengakui kesalahan serta meminta maaf juga dinilai layak menjadi pembelajaran bagi generasi muda. Seorang siswi mengatakan, dari kisah Sumarno generasi muda mesti pandai memilih teman yang baik yang tidak menjerumuskan pada ajakan-ajakan dan paham kekerasan.

Baca juga Menyemai Bibit Perdamaian di SMAN 4 Surakarta

“Pembelajaran yang saya dapat dari kisah Bapak Sumarno adalah kita harus lebih selektif memilih teman dan dalam memilih ajakan orang lain. Dengan kata lain kita harus memiliki filter dalam diri sendiri agar tidak mudah terpengaruh dan terjerumus pada hal yang tidak baik dan merugikan,” katanya. [AH]

Baca juga Dialog Siswa SMAN 4 Surakarta dengan Mantan Ekstremis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *