18/11/2021

Dialog Tokoh Agama Sulbar dengan Ahli Jaringan Terorisme

Aliansi Indonesia Damai- Puluhan tokoh agama mengikuti Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya yang diselenggarakan atas kerjasama AIDA dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Barat, Sabtu (13/11/2021). Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Solahudin, ahli jaringan terorisme. Ia memaparkan dinamika terorisme di Indonesia.

Paparan Solahudin menarik perhatian para peserta diskusi. Sejumlah pertanyaan bermunculan. Salah satu peserta menanyakan tentang efektivitas peran tokoh agama dalam menangkal terorisme. “Tokoh agama akan efektif menangkal paham kekerasan dengan syarat ia harus kredibel. Memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga mereka bisa otoritatif dan sangat efektif melakukan kontranarasi,” ujar Solah merespons pertanyaan.

Baca juga Menangkal Ektremisasi di Medsos

Ia menjelaskan, seseorang terlibat dalam jaringan terorisme diawali oleh indoktrinasi paham-paham kekerasan oleh kelompok ekstrem. Untuk itu dibutuhkan figur yang mampu memberikan kontranarasi terhadap paham kekerasan tersebut. Namun upaya itu akan efektif jika diarahkan pada individu yang potensial terpapar atau belum terpapar ajaran kekerasan.

“Untuk orang-orang yang  sudah terpapar, tokoh agama tidak lagi efektif. Karena seperti yang orang bilang bahwa biasanya out-group critics nggak efektif dibandingkan dengan in-group critics,” kata Solahudin menambahkan.

Baca juga Menguatkan Dakwah dengan Perspektif Korban dan Pelaku Terorisme

Pihak yang paling efektif dalam mengintervensi orang yang sudah terpapar paham kekerasan dan terorisme adalah justru pelaku terorisme yang sudah bertobat. “Tokoh agama hanya efektif dalam konteks pencegahan. Tapi mantan pelaku terorisme yang sudah bertobat memiliki credible voice karena mereka sudah pernah terpapar,” kata Solah.

Solahudin menegaskan, adalah tugas semua pihak mencegah maraknya penyebaran paham-paham kekerasan. “Tugas kita semua selamatkan orang terdekat. Kalau ada saudara yang sudah mulai terpapar harus membantu dia keluar dari paham kekerasan itu. Kita harus tahu tandanya. Namun jangan salah hanya mengidentifikasi sekadar dari penampilannya, melainkan dari pemahamannya,” ujar Solah. [LADW]

Baca juga Ketua Masika ICMI Sulsel: Terorisme Persoalan Bersama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *