10/11/2021

Ketua Masika ICMI Sulsel: Terorisme Persoalan Bersama

Aliansi Indonesia Damai- Konflik kekerasan dan aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu persoalan serius yang mesti diatasi bersama. Tragedi terorisme bukan hanya urusan aparat penegak hukum dan pemerintah semata, melainkan menjadi tanggung jawab bersama.

Ketua Majelis Sinergi Kalam (Masika) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Sulawesi Selatan, drg. Ardiansyah S. Pawinru mengingatkan hal itu saat memberikan pengantar dalam Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, Sabtu (06/11/2021). Menurut dia, pelbagai peristiwa terorisme yang masih terus terjadi di Indonesia merupakan persoalan bersama yang harus diselesaikan oleh semua pihak.

Baca juga Ibroh dari Penyintas Bom: Tak Ada Kejadian di Luar Takdir

“Peristiwa kekerasan adalah tanggung jawab kita semua. Sebab, jika ada kekerasan dan konflik maka kita juga yang akan kena dampaknya, kita juga yang jadi korbannya,” ujarnya kepada seratus lebih peserta yang hadir secara virtual itu.

Ia menilai wilayah Makassar cukup rentan akan adanya aksi-aksi kekerasan, termasuk terorisme. Di awal tahun ini misalnya, ledakan bom terjadi di depan Gereja Katedral Makassar. Karena itu, kampanye-kampanye perdamaian dan ikhtiar untuk mendorong semua pihak agar lebih peduli terhadap isu terorisme mesti terus digalakkan. “Kampanye antikekerasan dan membangun perdamaian harus terus dilakukan, dan ini juga salah satu bentuk perjuangan Masika ICMI di sini,” katanya.

Baca juga Saat Mantan Napiter Berkisah Perjalanan Hidupnya

Sebagai wadah bagi tumbuh kembangnya cendekiawan muslim di Indonesia, Masika ICMI bertekad menjadikan kampanye perdamaian sebagai program prioritasnya. Cendekiawan muslim mesti turut terlibat dalam pembangunan perdamaian. Sebab mengemban amanat untuk selalu menjaga lingkungan masyarakat agar senantiasa hidup dalam kedamaian.

“Kami beberapa kali melakukan dialog yang fokus dengan kampanye perdamaian. Bersama para aktivis perdamaian, kita punya visi untuk menjadi cendekiawan yang mampu mendamaikan masyarakat dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya,” katanya.

Baca juga Dendam Tak Mengembalikan yang Hilang

Ia lantas mengajak peserta yang hadir untuk tidak berdiskusi semata, melainkan juga mesti melakukan hal-hal nyata ke depannya untuk mewujudkan lingkungan tetap kondusif. “Ke depan kita perlu berkampanye dan berkolaborasi bersama untuk melakukan hal-hal konkrit di lapangan, terutama dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang bahaya terorisme,” ujarnya.

Ia berharap semua pihak bisa berkolaborasi untuk menanggulangi terorisme, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. “Makassar sebagai salah satu simpul yang sangat sering terjadi kekerasan dan pengeboman, harus menjadi perhatian bersama. Tidak boleh persoalan terorisme ini kita biarkan. Kami membuka kran kerjasama seluas-luasnya bagi semua pihak untuk membangun perdamaian,” katanya tandas.

Baca juga Ekstremisme Rentan di Era Pandemi

Buku La Tay’as merupakan karya yang ditulis oleh Hasibullah Satrawi, Ketua Pengurus AIDA. Buku tersebut merupakan hasil refleksi dari pengalaman penulisnya selama bertahun-tahun mendampingi pemulihan korban terorisme dan pertobatan mantan pelakunya. [AH]

Baca juga Dialog Mahasiswa UHO Kendari dengan Ahli Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *