29/09/2022

Melestarikan Perdamaian di Kampus

Aliansi Indonesia Damai- Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Muhammad Dirwan, mengajak mahasiswa untuk melestarikan perdamaian di lingkungan pendidikan. Perdamaian akan terus langgeng manakala konflik dan perselisihan antarkelompok dapat disikapi secara dewasa.

“Perdamaian itu begitu penting. Maka kita harus jaga perdamaian. Perdamaian terjadi kalau konflik menjadi nihil dan pertikaian antarkelompok tidak terjadi,” ujar Dirwan saat menjadi narasumber dalam “Diskusi dan Bedah Film Tangguh” yang digelar AIDA di Aula FEBI UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Minggu (18/09/2022).

Baca juga Ketua DEMA FS UIN Batusangkar: Jangan Balas Ketidakadilan dengan Kekerasan

Lebih lanjut Dirwan menjelaskan, salah satu faktor yang merusak perdamaian adalah menguatnya ekstremisme kekerasan. Sejumlah mahasiswa tercatat pernah melakukan aksi-aksi di berbagai daerah karena terpapar ajaran yang membenarkan tindakan kekerasan. Narasi yang seolah-olah memerjuangkan agama dengan mudah menarik perhatian kaum muda untuk terlibat dalam kelompok itu.

Kelompok ekstrem menyebar ide, mendoktrin orang, hingga kemudian menjadi gerakan. “Dari gerakan muncul teror, mengadu domba antarkelompok. Tujuannya untuk memperoleh pengakuan dan eksistensi bahwa paham mereka memerjuangkan agama,” ujar alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu lalu itu.

Baca juga Bangsa Kuat karena Perbedaan

Kendati demikian, ia mengajak mahasiswa untuk menolong orang yang terpapar ideologi ekstrem, dan bukan menjauhi mereka. Boleh jadi mereka punya niat yang baik namun salah memahami ajaran, sehingga nekat melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan hukum dan ajaran-ajaran agama. “Sejatinya tidak semua pelaku terorisme adalah orang jahat, mereka juga korban dari paham yang salah dan ekstrem,” tuturnya.

Dirwan lantas membagikan kisah perjumpaannya dengan sejumlah mantan pelaku terorisme yang telah insaf. Dari kisah-kisah mereka, ia menyimpulkan bahwa faktor pertemanan, guru, semangat beragama yang berlebih tanpa dilandasi dengan ilmu yang komprehensif, memudahkan mereka menerima ideologi ekstrem. Selain itu, masifnya infromasi di media sosial juga dimanfaatkan oleh kelompok ekstrem untuk merekrut kader secara daring.

Baca juga Pentingnya Membicarakan Perdamaian

Sebagai informasi , film Tangguh yang dihadirkan di acara itu merupakan karya dokumenter AIDA yang mengulas kisah-kisah kehidupan mantan pelaku terorisme yang bertobat dan ketangguhan hidup para korbannya. Melalui film ini, khalayak luas diharapkan dapat menyerap ibroh (pembelajaran) agar tidak ada lagi pelaku terorisme dan tidak ada lagi orang-orang tak bersalah harus menjadi korban. [AH]

Baca juga Azyumardi Azra: Perkuat Resiliensi Wasathiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *