14/12/2022

Menguatkan Filter Mahasiswa

Aliansi Indonesia Damai- Mahasiswa merupakan penerus dan ujung tombak pembangunan bangsa di masa depan. Keberlangsungan negeri ini juga menjadi tanggung jawab para mahasiswa. Karena besarnya peran tersebut, mahasiswa harus bisa memfilter semua pembelajaran yang ia dapatkan.

“Tidak ada batasan sebenarnya untuk kita belajar. Mau belajar apa pun, silakan itu dipelajari. Namun jika sesuatu yang kita pelajari itu sudah mengarahkan pada kekerasan, mari kita koreksi kembali,” ujar Rusdi Arifin, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, dalam diskusi bertema “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” yang digelar AIDA di Bukittinggi, Sumatera Barat, akhir Oktober silam.

Baca juga Merangkul untuk Perdamaian

Rusdi merupakan alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu sebelumnya di Padang. Dalam kesempatan itu, ia bisa menyimak langsung kisah beberapa mantan pelaku terorisme dan korbannya.

Dari kisah mantan pelaku terorisme, Rusdi menangkap pembelajaran bahwa terorisme merupakan paham yang sangat berbahaya, lebih bahaya dari penyakit komplikasi. Tidak tertutup kemungkinan siapa pun bisa terpapar paham terorisme. Paham ini juga dapat menimbulkan korban yang bahkan sampai sekarang masih merasakan sakit dan penderitaan akibat serangan teror.

Baca juga Mengokohkan Misi Perdamaian Mahasiswa

Pada kesempatan kegiatan kali ini, Rusdi bertindak sebagai narasumber diskusi yang dihadiri oleh puluhan aktivis mahasiswa UIN Bukittinggi. Ia menekankan agar mahasiswa sebagai agent of change harus bisa mengedukasi diri sendiri supaya terhindar dari paham kekerasan dan mau terlibat dalam membangun Indonesia yang lebih damai.

Lebih lanjut Rusdi mengungkapkan kekagumannya dengan kebesaran jiwa korban terorisme. Sebagian korban harus kehilangan anggota tubuh atau orang yang dicintainya namun bisa memaafkan dan berteman dengan para mantan pelaku.

Baca juga Melestarikan Perdamaian di Kampus

“Kok bisa ya berbesar hati memaafkan orang yang telah mencelakai hidupnya atau keluarganya? Teman-teman kalau ketemu mantan (pacar)-nya gimana rasanya? Pasti masih sakit kan? Padahal itu disakiti dari hati. Sedangkan para korban ini bukan hanya dari hati lagi sakitnya,” ujarnya.

Dari kisah korban, Rusdi menegaskan pentingnya menjadi pribadi yang tangguh, pemaaf, dan mampu bangkit dari keterpurukan. [YNWH]

Baca juga Ketua DEMA FS UIN Batusangkar: Jangan Balas Ketidakadilan dengan Kekerasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *