13/12/2022

Merangkul untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Terorisme memang kejam dan menimbulkan mudarat, apalagi jika dilihat dari perspektif korbannya. Kendati demikian, sebagai upaya mencegah aksi terorisme terulang, maka penting bagi kita untuk merangkul pihak-pihak yang terkait, baik korban maupun pelaku yang sudah bertobat.

Peryataan tersebut disampaikan oleh Dewi Anggraini, Ketua Program Studi S1 Ilmu Politik FISIP Univesitas Andalas (Unand) Padang saat menghadiri diskusi bertema “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian”, yang digelar AIDA akhir Oktober silam. Kegiatan dihadiri oleh 114 peserta dari Unand dan beberapa kampus lain di Sumatra Barat.

Baca juga Mengokohkan Misi Perdamaian Mahasiswa

Dalam hemat Dewi, penting untuk merangkul orang-orang yang pernah terjerumus dalam jaringan kekerasan. Kerapkali pelaku-pelaku yang sudah bertobat mendapatkan stigmatisasi di tengah masyarakat. Termasuk keluarganya juga dicap sebagai keluarga teroris.

“Kita ingin membuka wawasan ini juga kepada mahasiswa. Agar mahasiswa juga terbuka bahwa ada orang yang dahulu pernah salah langkah, ketika dia sudah bertobat dan kembali kepada masyarakat itu seharusnya tidak dijauhi, tapi dirangkul. Supaya mereka tidak kembali lagi melakukan kegiatan yang menurut aturan kita itu melanggar hukum” katanya tegas.

Baca juga Melestarikan Perdamaian di Kampus

Salah satu narasumber kegiatan ini adalah Muhammad Habibi Ezyoni, alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa, yang dilaksanakan AIDA beberapa waktu sebelumnya. Ia menceritakan keharuannya saat menyaksikan pertemuan antara korban dan mantan pelaku terorisme.

“Ketika kami dihadirkan korban terorisme dan mantan pelaku terorisme secara bersama-sama, menurut kami waktu itu sangat mustahil. Mungkin bisa kita bayangkan di kehidupan kita kan, teman-teman. Kita sebagai mahasiswa mungkin ada yang berbeda pandangan, bisa jadi sampai bermusuhan, lama tidak bersapaan,” ucapnya.

Baca juga Ketua DEMA FS UIN Batusangkar: Jangan Balas Ketidakadilan dengan Kekerasan

Pelajaran yang disampaikan Habibi dari kisah pertemuan korban dan mantan pelaku tersebut adalah pentingnya saling memaafkan demi terciptanya perdamaian. “Mari kita lihat korban dan mantan pelaku yang bahkan bisa saling bermaafan, duduk bersampingan, teman-teman. Sudah sejatinya kita sebagai mahasiswa bisa mempraktikkan perdamaian,” katanya.

Habibi menegaskan, perdamaian bisa dimulai dari yang sederhana, yakni dalam interaksi kita dengan orang-orang di sekitar kita. “Bagaimana dalam diri kita ada muncul rasa dengki, iri, atau ada niat dendam kepada orang lain, itu harus kita hilangkan, teman-teman,” ucapnya memungkasi. [FKR]

Baca juga Bangsa Kuat karena Perbedaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *