03/02/2023

Kepala SMKN 1 Kota Cirebon: Jagalah Negeri Polychromatic Ini

Aliansi Indonesia Damai- Indonesia memiliki wajah polychromatic. Bangsa ini indah karena warna-warni. Maka cukup aneh jika ada sekelompok orang yang menginginkan Indonesia menjadi seragam satu warna atau monochrome. Walhasil, adalah tanggung jawab semua pihak untuk menjaga keindahan ini.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Arifudin, Kepala SMKN 1 Kota Cirebon, dalam kegiatan Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh yang digelar AIDA di sekolah tersebut, Jumat (3/2/2023).

Dalam hemat Arifuddin, mayoritas orang akan memilih lukisan yang penuh warna ketimbang yang hanya coretan hitam-putih. Gambar berwarna pun pasti akan dipilih yang resolusi dan kecerahannya bagus, bukan yang buram. “Itulah hidup di Indonesia. Bahwa hidup ini mau tidak mau milik kita. Saya sudah berkeliling ke mana-mana dunia. Paling asyik hidup di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga Menjadi Generasi Muslih

Arifuddin mengibaratkan Indonesia layaknya istana atau rumah besar yang memiliki banyak ruang dan kamar. Saat berada di kamar masing-masing, maka silakan penunggunya menghiasi sesuai keinginan dan selera. Tetapi saat di ruang bersama, misanya ruang tamu atau ruang makan, maka penghuni rumah tidak boleh egois. “Ruang tamu milik bersama, jaga keindahan bersama, jaga toleransi bersama,” katanya.

Untuk merawat dan mengembangkan ”rumah besar” diperlukan penghuni yang memiliki pemikiran progresif, bernalar kritis, dan kreatif. Silakan orang memiliki pemikiran, mengembangkan, dan menyebarkannya. Absah juga mengklaim pemikirannya paling benar. Tetapi yang menjadi kewajiban adalah menghormati pemikiran orang lain. ”Bahwa mungkin (pemikiran) mereka benar, mungkin kita salah,” katanya.

Baca juga Kesepahaman untuk Perdamaian

Arifuddin mengapresiasi AIDA yang aktif membangun perdamaian melalui peran korban dan mantan pelaku terorisme. Salah satu upayanya adalah melalui forum-forum diskusi yang melibatkan generasi remaja. Baginya, diskusi adalah keniscayaan sebagai upaya untuk mencari keselarasan dari perbedaan pemikiran. “Arahnya adalah mempertajam gambar-gambar yang tadi polychromatic. Biar gambarnya tidak buram adalah dengan diskusi kaya begini,” katanya.

Dalam kesempatan ini, tim AIDA menghadirkan kisah-kisah ketangguhan para korban terorisme dan mantan pelakunya yang telah insaf. Para penyintas terorisme mampu memaafkan para pelaku dan melanjutkan hidup secara normal, sementara mantan pelaku terorisme yang telah bertobat kini berkomitmen mengampanyekan perdamaian bersama para penyintas.[MLM-MSY-VLD]

Baca juga Menolong Korban dan Mantan Pelaku Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *