14/07/2023

Menumbuhkembangkan Budaya Damai

Aliansi Indonesia Damai- Budaya damai (culture of peace) harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Lembaga pendidikan, formal maupun nonformal, dinilai berperan penting mengemban tugas itu.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Syafiq Abdul Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama yang digelar AIDA di Samarinda, Kalimantan Timur, akhir Mei 2023 silam.

Baca juga Ketua PP Muhammadiyah: Agama Tak Boleh Abaikan Kemanusiaan

Syafiq menjelaskan, perdamaian bukan sesuatu yang instan apalagi insidental, terjadi begitu saja, melainkan harus diupayakan melalui kreasi-kreasi sosial agar setiap konflik dalam kehidupan tidak meledak menjadi kekerasan masal.

“Itu akan bisa meledak lagi, muncul lagi konflik itu. Tetapi, kalau kita sudah punya budaya damai maka insya Allah kita menjadi masyarakat yang tahan, yang punya ketahanan untuk menolak berbagai macam isu, provokasi, yang akan memorakporandakan kedamaian itu,” ujarnya.

Baca juga Melengkapi Trilogi Ukhuwwah

Dalam hematnya, lembaga pendidikan paling efektif untuk mengajarkan budaya damai. Pasalnya anak-anak menghabiskan durasi waktu yang lama, baik di sekolah, asrama, pondok pesantren, ataupun madrasah keagamaan.

“Ini juga bisa berimbas ke orang tua mereka. Karena masih anak-anak, ini sering kali masih kritis terhadap orang tuanya. Sehingga tugas dari pendidik, ustaz, kyai, menjadi sangat penting dalam rangka memperkuat budaya damai,” katanya.

Salah satu cara menumbuhkan budaya damai adalah dengan menekankan pentingnya menghormati keberagaman. Bahwa mau tidak mau kita memang harus hidup berdampingan dengan individu maupun kelompok-kelompok yang berbeda, baik secara pemikiran, agama, suku, budaya, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Baca juga Filosofi Ayam untuk Kesatuan Bangsa

”Karena sudah tidak mungkin lagi kita sekarang ini hidup sendirian, monolitik, bahwa kita bergaul hanya dengan orang Islam saja. Tidak ada pilihan kecuali berbaik-baik dengan semuanya. Tentu kebaikan ini bukan bertepuk sebelah tangan, tapi harus tepuk bersama-sama. Tepuknya harus dua tangan. Dan itu menjadi tugas kita untuk mengajak siapa pun di dalam membangun situasi damai ini,” ujarnya.

Kegiatan pelatihan diikuti puluhan tokoh agama dari pelbagai Ormas Islam, pengasuh pondok pesantren, dan pengurus dewan kemakmuran masjid di wilayah Kalimantan Timur. Selain Syafiq Abdul Mughni, AIDA menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan cendekiawan muslim, mantan pelaku terorisme, dan korban terorisme. [MSY-MLM]

Baca juga Memahami Sejarah Membangun Kedamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *