Ketua PP Muhammadiyah: Agama Tak Boleh Abaikan Kemanusiaan
Aliansi Indonesia Damai- ”Kita tidak bersemboyan semakin kejam semakin dekat dengan rida Allah. Seolah-olah kita ingin dicintai Allah dengan cara menyiksa manusia yang lain. Saya kira ini cara berpandangan yang salah, yang sangat bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulillah Saw.”
Pernyataan tegas ini dikemukakan oleh Syafiq Abdul Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama yang digelar AIDA di Samarinda, Kalimantan Timur, akhir Mei 2023 silam.
Baca juga Melengkapi Trilogi Ukhuwwah
Dalam hemat Syafiq, setiap tokoh agama, baik perannya sebagai pemikir ataupun penceramah, tak boleh mengeluarkan pendapat keagamaan yang mengabaikan atau menafikan dimensi kemanusiaan (al-insaniyah).
Tokoh agama harus bisa memahamkan umatnya bahwa agama merupakan inspirasi kedamaian, bukan sebaliknya sumber malapetaka. ”Bahkan kalau ada duri di jalan saja harus kita singkirkan. Kita tidak boleh kenyang sendiri padahal tetangga kita lapar. Ajaran Islam yang benar seperti itu,” ujarnya.
Baca juga Filosofi Ayam untuk Kesatuan Bangsa
Bagi Syafiq, sangat ironis jika ada kelompok yang mengajarkan anggotanya bahwa salah satu jalan untuk memasuki surga Allah adalah dengan cara menindas, menyakiti, menyiksa, dan membuat susah orang lain.
”Saya tidak masuk yang detail-detail, yang furu’iyah, apakah qunut subuh atau tidak, apakah salat tarawihnya sekian rakaat atau tidak, itu masalah perbedaan yang tidak substansial dan tidak menimbulkan perpecahan,” ucapnya.
Baca juga Memahami Sejarah Membangun Kedamaian
Guru Besar Sejarah Perdaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya itu menjelaskan bahwa salah satu tugas umat Islam adalah menyeru kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran (al-amru bil ma’rufi wan nahyu ‘anil munkar). Namun peran itu harus dijalankan secara bijaksana sebagaimana firman Allah ud’u ila sabili rabbika bil hikmati wal mau’dhatil hasanah (QS. An-Nahl: 125).
Bahwa Nabi Muhammad memerintahkan umatnya agar mencegah kemungkaran dengan ”tangan”, Syafiq menafsirkan kata itu dengan kekuasaan. Perintah itu tidak bisa diterjemahkan secara serampangan bahwa setiap orang boleh memukul atau menyakiti orang lain atas nama mencegah kemungkaran.
Baca juga Tak Lengah dalam Kedamaian
”Kalau kita jadi presiden maka kita harus lakukan tugas itu dalam kapasitas kita sebagai presiden. Anggota DPR juga demikian. Gubernur, karena punya kekuasaan, punya otoritas, maka harus melakukan tugas da’wah ilal khayr, al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar,” tuturnya.
Kegiatan pelatihan ini diikuti puluhan tokoh agama dari pelbagai Ormas Islam dan pengurus dewan kemakmuran masjid di wilayah Kalimantan Timur. Selain Syafiq Abdul Mughni, AIDA menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan cendekiawan muslim, mantan pelaku terorisme, dan korban terorisme. [MSY-MLM]
Baca juga Membangun Budaya Berharap