04/07/2023

Filosofi Ayam untuk Kesatuan Bangsa

Aliansi Indonesia Damai- Biasanya ayam akan menundukan kepala ketika pertama kali bertemu dengan ayam lain. Namun setelah hidup bersama, ayam-ayam tersebut seolah menjadi satu kesatuan. Mereka mencari makan bareng dan balik kandang juga bareng. Seperti itulah kurang lebih gambaran masyarakat Indonesia.

Pandangan optimistis ini disampaikan oleh Waryono Abdul Ghafur, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI saat berbicara dalam forum Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama, yang digelar AIDA di Samarinda, Kalimantan Timur, akhir Mei 2023 lalu.

Baca juga Memahami Sejarah Membangun Kedamaian

Dalam hemat Waryono, pada dasarnya masyarakat Indonesia cenderung berkarakter cinta. damai, sehingga tidak mudah terpecah belah meski di sana-sini banyak perbedaan. “Masyarakat Indonesia sebagaimana sabda Rasul, yaitu seperti tubuh manusia yang satu organ dengan organ yang lain saling membantu, saling positif, artinya semua dalam konteks damai,” ujarnya.

Lebih jauh ia mengingatkan para peserta agar ikut menjaga stabilitas sosial di lingkungan masing-masing, terlebih pada tahun politik seperti sekarang yang pastinya rawan gesekan-gesekan. Bagaimana pun kerasnya persaingan politik, seharusnya tetap berada dalam koridor menghormati heterogenitas masyarakat.

Baca juga Tak Lengah dalam Kedamaian

Menurut Waryono, makhluk pertama di muka bumi yang gemar meruncingkan perbedaan berbasis material adalah iblis saat menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam AS. Pasalnya Iblis mengklaim dirinya lebih mulia karena diciptakan dari api sementara Adam dari tanah. 

“Islam melarang umatnya menghina kaum yang lain. Manusia yang masih melihat orang lain dengan perspektif iblis maka belum beradab,” katanya tegas.

Kegiatan pelatihan ini diikuti puluhan tokoh agama dari pelbagai Ormas Islam dan pengurus dewan kemakmuran masjid di wilayah Kalimantan Timur. Selain Waryono, AIDA menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan cendekiawan muslim, mantan pelaku terorisme, dan korban terorisme. [MSY-FKR]

Baca juga Membangun Budaya Berharap

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *