30/06/2023

Memahami Sejarah Membangun Kedamaian

Aliansi Indonesia Damai- Umat muslim harus bisa memahami sejarah secara tepat agar tidak tersandera oleh semangat pertentangan dan permusuhan zaman lalu. Penafsiran sejarah yang kontekstual sangat penting  sebagai modal pembangunan perdamaian masa kini.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Syafiq Abdul Mughni, saat menjadi pembicara kunci dalam kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama, yang digelar AIDA di Samarinda, Kalimantan Timur, akhir Mei 2023.

Baca juga Tak Lengah dalam Kedamaian

Tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah perkembangan Islam pernah diliputi dengan peperangan. Pada zaman Nabi Muhammad SAW memang terjadi peperangan, namun itu dalam rangka pembelaan hak-hak kemanusiaan. Kemudian pada masa Al-Khulafaul Rasyidun yang dilanjutkan oleh Dinasti Ummayah, Abbasiyah, Usmaniyah, juga terjadi ekspansi militer.

”Tetapi itu terjadi dalam konteks dunia yang imperialistik. Sistem kekaisaran, imperialisme itu menjadi bentuk negara yang sangat umum. Sehingga tidak ada batas teritorial yang permanen. Setiap kekuasaan ingin memperluas kekuasaannya, ingin melakukan ekspansi. Kalau umat Islam tidak melakukan itu maka pasti akan digilas oleh kekuatan yang lain. Maka mau tidak mau melakukan hal yang sama untuk eksistensi daripada masyarakat Islam,” ujar Syafiq menerangkan.

Baca juga Membangun Budaya Berharap

Situasi sekarang telah berubah, setiap negara memiliki batas teritorial yang jelas, sehingga hukum internasional melarang ekspansi. Walhasil sejarah masa lalu tak bisa menjadi dalil bahwa kita harus memperluas kekuasaan. ”Kita harus kembali pada model khilafah sebagai bentuk (kekuasaan) yang ideal pada zaman sekarang, itu saya pikir pemahaman yang tidak betul,” ucapnya.

Lebih jauh, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjelaskan tentang Perang Salib yang terjadi lantaran kekuatan Islam dan Gereja memperebutkan Jerusalem dan sekitarnya. Fakta masa lampau tersebut tak bisa menjadi alat pembenaran untuk selalu bermusuhan dengan kelompok agama yang berbeda. Pasalnya situasi global telah jauh berubah.

Baca juga Risalah Islam dan Kehidupan yang Baik

Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-agama dan Peradaban itu mengaku telah bertemu dengan banyak tokoh lintas agama dan budaya dalam pertemuan-pertemuan internasional. ”Semua menyatakan bahwa mereka tidak ingin bermusuhan dengan umat Islam. Mereka menyatakan siap untuk memberikan dukungan terhadap eksistensi umat Islam di negara-negara mereka. Mereka sangat anti terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang lain terhadap umat Islam,” tuturnya menegaskan.

Kegiatan pelatihan ini diikuti puluhan tokoh agama dari pelbagai Ormas Islam dan pengurus dewan kemakmuran masjid di wilayah Kalimantan Timur. Selain Syafiq Abdul Mughni, AIDA menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan cendekiawan muslim, mantan pelaku terorisme, dan korban terorisme. [MSY-MLM]

Baca juga Tragedi Terorisme Luka Bangsa Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *