4 weeks ago

Silaturahmi Untuk Saling Menguatkan

Aliansi Indonesia Damai- Lima orang di muka forum menggerakkan anggota tubuh untuk memperagakan bentuk hati. Satu di antaranya melingkarkan tangan di atas kepala. Seorang lainnya hanya menyilangkan ibu jari dan telunjuk. Sisanya membuat gerakan lain lagi untuk membentuk simbol hati. Spontan gelak tawa puluhan orang bergemuruh.

Itulah potret suasana acara Buka Puasa Bersama Penyintas 1445 H yang digelar di Jakarta, Sabtu (23/3) lalu. Kegiatan dihadiri oleh para korban terorisme yang tergabung dalam Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) beserta keluarga mereka. Pada kesempatan tersebut, penyintas yang berkumpul merupakan perwakilan dari komunitas korban dari enam peristiwa terorisme.

Keenamnya adalah Bom Kuningan 2004, Bom Cirebon 2011, aksi teror penembakan di Surakarta tahun 2012, Bom Thamrin 2016, Bom Kampung Melayu 2017, dan teror penyerangan gereja di Yogyakarta tahun 2018.

Nanda Olivia Daniel mewakili Pengurus YPI menyampaikan terima kasih kepada AIDA yang menyelenggarakan kegiatan sore itu. Ia pun mengajak para hadirin untuk menjadikan pertemuan keluarga besar penyintas kali ini sebagai ajang silaturahmi yang berkah.

Menanggapi sambutan YPI, M. Syafiq selaku Program Manager AIDA, mendorong para penyintas untuk semakin solid sebagai satu kesatuan. “Kita berkumpul di sini selain untuk buka bersama, tentu saja juga untuk merekatkan tali silaturahmi. Mungkin di antara kita sudah sangat lama tidak bertemu, bahkan ada yang terakhir ketemu satu tahun yang lalu,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) dalam kesempatan tersebut. Ia berpesan kepada seluruh peserta yang hadir agar selalu menjaga kedamaian di negeri tercinta, Indonesia. Terutama, di momen setelah pemilihan umum (pemilu) berakhir.

“Saya yakin di antara kita ada yang 01, 02, atau 03. Sebagian mungkin ada yang bahagia, ada juga yang sedih, itu semua sudah kita lewati bersama-sama. Yang terpenting ke depannya kita harus menjadi 00,” ungkapnya.

Makna 00, menurut Hasibullah, sangat mendalam. “Arti 00 sangat dalam sekali. Dalam konteks keagamaan kita, arti 00 yaitu saling memaafkan. Dalam ilmu matematika 0 itu artinya yang tertinggi dari semua angka,” jelasnya. Ia juga berharap bahwa dengan silaturahmi ini bisa menambah kapasitas dan nilai diri masing-masing.

Selanjutnya, Hasibullah mengabarkan perjuangan mengampanyekan perdamaian melalui pelbagai kegiatan yang melibatkan penyintas dan mantan pelaku terorisme masih berjalan dengan baik.  Ia mengapresiasi para penyintas yang berkenan membagikan kisah inspiratifnya guna menyadarkan pentingnya perdamaian kepada khalayak luas. Dia juga mendorong penyintas untuk saling menguatkan di antara mereka. Dengan kebersamaan dan kesatuan para penyintas bisa melenting melampaui keterpurukan akibat terorisme.

“Kita harapkan apa yang kita lakukan bisa menjadi kebaikan bagi bangsa, bagi masyarakat yang kita cintai. Tentu saja ini harus menjadi cita-cita kita semua,” katanya.

Acara Buka Puasa Bersama Penyintas disambut gembira oleh para hadirin. Yuni Arsih, salah satu korban Bom Kuningan 2004 mengungkapkan, “Saya senang banget bisa berkumpul lagi. Harapan saya semoga semua sehat dan kita bisa bertemu lagi, dan dikasih umur yang panjang.”

Senada dengan Yuni, Agus Kurnia, perwakilan Bom Thamrin 2016, mengatakan, “Karena sudah lama, hampir setahun nggak ketemu sama teman-teman penyintas, oleh karena itu terima kasih kepada AIDA yang mempersatukan lagi silaturahmi kita.”

Harapan pemenuhan hak disampaikan Sarbini, korban Bom Kuningan 2004. Dia mengharapkan negara menyediakan bantuan psikososial berupa beasiswa pendidikan bagi anaknya. Pengakuannya, dahulu pernah mengajukan permohonan bantuan tersebut namun tidak berhasil. “Harapan saya kepada pemerintah agar anak saya yang kedua bisa dapat beasiswa, karena dulu pernah ngajuin untuk anak pertama tapi belum dapat, mudah-mudahan anak yang kedua ini bisa dapat,” ungkapnya. [F]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *