Merekatkan Ukhuwah Kebangsaan dan Kemanusiaan
Aliansi Indonesia Damai- Tokoh bangsa, Tuan Guru Bajang (TGB) Dr. Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A., menekankan pentingnya umat menjaga ukhuwah sesama anak bangsa di tengah pelbagai perbedaan. Ukhuwah atau jalinan persaudaraan penting untuk terus dikuatkan agar semakin banyak ditemukan solusi atas ragam permasalahan yang melanda bangsa.
Pesan tersebut ia utarakan dalam Halaqah Alim Ulama: Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan ‘Ibroh yang diselenggarakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 23 Mei 2024 lalu. Ia menilai kegiatan buah kerja sama AIDA dan Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) NTB yang menghadirkan seratus lebih tokoh muslim di Kota Mataram dan sekitarnya tersebut sangat penting.
“Tidak hanya karena silaturahminya, tetapi juga karena pertemuan ini membahas hal penting yang menyangkut masa depan bangsa,” ujarnya.
Gubernur NTB 2008-2018 tersebut kemudian menggali konsep tentang wasathiyatul Islam. Konsep tersebut secara singkat dapat dimaknai sebagai perilaku keagamaan yang penuh keseimbangan antara dunia dan akhirat, kebutuhan fisik dan jiwa, akan dan hati, serta berada di posisi tengah antara dua kutub ekstrem, yakni yang berlebihan dalam beragama serta yang mudah melonggarkan urusan agama, menurut pendapat ulama kenamaan, Yusuf Qaradhawi. Dalam pandangan TGB, wasathiyatul Islam terdiri atas tiga pokok ajaran.
Baca juga Memahami Ayat Kauniyah di Balik Perubahan Zaman
Pertama, tidak menyebut sesama umat muslim sebagai kafir. Kedua, membuka pintu dialog dengan siapa pun yang berbeda. Dan, ketiga, bekerja sama untuk agenda keumatan dan kemanusiaan.
Terkait pokok ajaran wasathiyatul Islam yang kedua, TGB mencontohkan jalinan persahabatan yang terbentuk antara Grand Syaikh Al-Azhar dan Paus Fransiskus. Dua tokoh internasional tersebut merepresentasikan dua kelompok umat terbesar di dunia, yaitu Muslim dan umat Katolik.
“Syaikh Al-Azhar itu dan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu menandatangani dokumen persaudaraan manusia. Dokumen persaudaraan ini menegaskan bahwa manusia perlu saling menghormati meskipun ada perbedaan latar belakang,” katanya.
Baca juga Tokoh Agama Berperan Penting Tangkal Ideologi Kekerasan
TGB melanjutkan, semua pihak perlu bekerja sama untuk agenda keumatan dan kemanusiaan. Ia juga menegaskan bahwa tidak cukup dengan saling menghormati saja. Ini karena umat manusia di seluruh dunia menghadapi banyak permasalahan yang harus diselesaikan bersama, seperti kemiskinan, masalah pengungsi, korban perang, dan kelompok rentan dari kalangan wanita dan anak-anak.
“Jadi, menerapkan wasathiyatul Islam itu tidak hanya membicarakan secara teori bahwa Islam berada di posisi pertengahan, tidak mengajarkan ekstremitas dalam beragama, namun konsep itu juga memberikan ruang bagi kita masyarakat lintas agama untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan agenda-agenda dunia.” Demikian TGB berbicara.
Berinteraksi dengan yang berbeda, kata TGB, tidak cukup dengan bertasamuh atau bertoleransi saja. Kalau kita berhenti pada toleransi, menurutnya, maka bisa jadi semua pemeluk agama masing-masing akan mengambil tafsiran ayat masing-masing, dan mengklaim mereka yang paling toleran, tapi tidak ada kontribusi bagi kehidupan sosial.“Kesadaran bertoleransi baru akan bermakna bagi kehidupan sosial kalau dari tasamuh kita masuk ke ta’awun, yaitu kerja sama,” tuturnya. [FAH, MLM]