28/09/2022

Ketua DEMA FS UIN Batusangkar:
Jangan Balas Ketidakadilan dengan Kekerasan

Aliansi Indonesia Damai- Aksi-aksi kekerasan bukan cara tepat untuk membalas ketidakadilan. Belajar dari kisah pelaku terorisme yang melakukan aksi kekerasan dengan tujuan membalas ketidakadilan di wilayah konflik, namun justru menimbulkan ketidakadilan baru di wilayah lain, bahkan menambah lingkaran kekerasan semakin akut dan tak ketemu titik ujungnya.

Demikian pesan yang disampaikan Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Muhammad Dirwan, saat menjadi narasumber dalam Diskusi dan Bedah Film Tangguh: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme, Minggu (18/09/2022).

Baca juga Bangsa Kuat karena Perbedaan

Dirwan menegaskan, penyerangan dan aksi-aksi kekerasan tanpa landasan hukum tak pernah dibenarkan oleh ajaran agama apa pun, kecuali membela diri dalam keadaan diserang atau dalam ancaman bahaya.

Menurut dia, perdamaian adalah tujuan dari ajaran-ajaran agama. Perdamaian akan terwujud manakala konflik dapat dihindari dan berbagai perselisihan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dapat diselesaikan dengan cara-cara yang damai.

Baca juga Pentingnya Membicarakan Perdamaian

Ia lantas mengimbau agar mahasiswa dapat membentengi diri dari kelompok yang menganut ideologi kekerasan. Apalagi mahasiswa menjadi salah satu elemen yang rentan dipengaruhi kelompok ekstrem.

Alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu lalu itu menjelaskan, ekstremisme berbasis kekerasan adalah paham atau aliran yang menggunakan perjuangannya melalui jalan kekerasan.

“Bagi mereka, siapa pun yang tidak sesuai dengan ajaran mereka adalah kafir dan wajib diperangi. Bagi mereka perjuangan dengan cara-cara kekerasan adalah wajib dan yang meninggal dianggap mati syahid,” ucapnya.

Baca juga Azyumardi Azra: Perkuat Resiliensi Wasathiyah

Secara khusus, Dirwan menyoroti maraknya orang-orang yang terpapar paham ekstrem karena merasa ingin membalas ketidakadilan terhadap umat Islam. Ditambah lagi, pemahaman agama yang tidak komprehensif membuat ideologi ekstrem makin mendalam. Karena itu ia mengajak mahasiswa agar tidak gampang terprovokasi dan mengutamakan jalan keadilan untuk membalas peristiwa-peristiwa ketidakadilan.

“Banyak orang terpapar paham ekstrem dan melakukan aksi-aksi terorisme karena merasakan ketidakadilan dalam berbagai bidang. Ditambah lagi pemahaman agama mereka yang sekadar dalil dan tidak sampai ke akar-akarnya,” ujarnya. [AH]

Baca juga Dua Kutub untuk Indonesia Damai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *