31/01/2023

Menguatkan Karakter Tangguh Pelajar MAN 2 Surakarta

Aliansi Indonesia Damai- Kepala MAN 2 Surakarta, Drs. H. Nuri Hartono, mengingatkan anak didiknya untuk waspada terhadap paham-paham kekerasan. Ia menyampaikan pesan tersebut saat membuka acara Diskusi Interaktif bertema Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh, Kamis (19/1/2023) lalu.

Kegiatan hasil kerja sama dengan AIDA tersebut diikuti oleh 80 siswa-siswi MAN 2 Surakarta. Dua aktivis perdamaian di Kota Solo, Nurul Mustofa dan M. Ibnu Nafiuddin, bertindak sebagai fasilitator kegiatan.

Nuri mengutarakan, pelbagai cara dan sarana digunakan kelompok kekerasan untuk meracuni generasi muda. Dari cara-cara yang halus dan sembunyi-sembunyi, sampai yang secara terang-terangan melancarkan propaganda kekerasan.

Baca juga Menempa Ketangguhan Siswa SMAN 5 Surakarta

Ia meyakini, para remaja masih dapat mengikuti pendidikan dengan baik selama masih menempuh pendidikan di jenjang sekolah menengah. Sebagai contoh di madrasah yang ia pimpin, dicanangkan program sekolah ramah anak. Seluruh warga MAN 2 Surakarta dilatih untuk membiasakan budaya-budaya yang mendukung program tersebut.

Akan tetapi, dia mewanti-wanti anak didiknya ketika nanti melanjutkan ke bangku perkuliahan bakal dihadapkan pada berbagai pilihan organisasi dan pemahaman. Dikhawatirkan, apabila ketangguhan dalam diri pelajar lemah maka cenderung mudah terpengaruh kelompok kekerasan.

“Ciri-cirinya apa? Gampang sebenarnya. Kalian nanti jangan sampai terjerumus di situ. Kalau ada gerakan bawah tanah itu dia mengunggulkan organisasinya dan merendahkan orang lain atau organisasi lain, itu cirinya. Kalau sudah seperti itu sampeyan jangan mengikuti,” ujarnya.

Baca juga Menginspirasikan Ketangguhan di SMAN 2 Surakarta

Nuri kemudian menceritakan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh keluarganya yang pernah terpapar paham kekerasan semasa kuliah di perguruan tinggi. Dalam forum kajian kelompok tersebut ditekankan kebencian terhadap negara dan pemerintah, serta ragam informasi yang kurang tepat mengenai ajaran agama.

“Dia kuliah, masuk organisasi. Hampir kuliahnya itu jebol, tidak mau. Kuliah nanti untuk apa, paling pol masuk pemerintah. Gaji pemerintah itu berasal dari yang haram-haram. Sampai seperti itu paham yang ditekankan kelompok itu ke pengikutnya,” katanya.

Dari itu, ia mendukung AIDA menyelenggarakan Diskusi Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di MAN 2 Surakarta. Ia berharap para siswa yang mengiktui kegiatan mampu menumbuhkan karakter tangguh dalam diri serta menjadi duta perdamaian di mana pun berada. “Mudah-mudahan Aliansi Indonesia Damai bisa benar-benar mewujudkan perdamaian, kokoh, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi harga mati untuk kita semua,” pungkasnya.[MLM]

Baca juga Empati Terhadap Korban Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *