29/08/2023

Madrasah Ramah Anak

Aliansi Indonesia Damai- “Kalau kita berbicara tentang damai, ini ‘kan urusannya dengan kekerasan, dengan bullying, dan segala apa pun. Di tahun 2018 kami terpilih sebagai madrasah ramah anak. Sehingga (kegiatan) ini cocok sekali.”

Pernyataan ini disampaikan oleh Perwakilan MAN 1 Bandung, Atep Hasan Zuhairi, saat menyampaikan sambutan dalam “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA di sekolah tersebut, pertengahan Agustus 2023 lalu.

Baca juga Kepala MA As-Salam Baleendah: Orang Tangguh Tak Masuk Geng Negatif

Atep menyampaikan bahwa MAN 1 Bandung terpilih sebagai percontohan sekolah ramah anak (SRA) dari sekian banyak sekolah di Kabupaten Bandung. Berdasarkan buku Panduan Sekolah Ramah Anak yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun (2015), pembentukan dan pengembangan SRA didasarkan pada 5 prinsip, yaitu; 1) Nondiskriminasi; 2) Kepentingan terbaik bagi anak; 3) Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; 4) Penghormatan terhadap pandangan anak; dan 5) Pengelolaan yang baik.

Dalam kesempatan kali ini, para peserta mendapatkan materi tentang ketangguhan dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. Dari sisi korban, para peserta menyimak kisah bagaimana dampak aksi kekerasan terorisme pada korban dan bagaimana para korban mampu bangkit dan berdamai dengan luka yang mereka terima.

Baca juga Kepala SMAN 1 Baleendah: Jadilah Seperti Santan Kelapa

Sementara dari sisi mantan pelaku, para peserta mempelajari bagaimana awal mula para pelaku bisa terjerumus ke dalam jaringan teror, proses perubahan hingga pertobatan, dan rekonsiliasi dengan para korban.

Kegiatan ini dihadiri oleh 85 peserta yang berasal perwakilan pengurus kelas dan organisasi intra sekolah. Atep berpesan kepada para peserta agar mengikuti kegiatan ini dengan seksama. Pasalnya mereka adalah peserta terpilih yang nantinya akan meneruskan pesan perdamaian AIDA kepada teman-temannya. “Makanya kami berharap ananda sekalian nanti menjadi motivator atau fasilitator dalam rangka perdamaian di Indonesia,” kata Atep.

Baca juga Kunci Menjadi Pribadi Damai ala Kepala SMKN 3 Baleendah

Setelah mengikuti kegiatan, sejumlah peserta memberikan testimoninya. Salah seorang peserta mengaku mengalami perubahan pemahaman setelah mengikuti kegiatan AIDA, tepatnya setelah mendengar kisah mantan pelaku.

“Yang awalnya dalam beragama, mungkin saya masih labil, saya sekarang menjadi lebih berhati-hati setelah mendengarkan kisah-kisah dari pelaku terorisme dan korban. Dari salahnya pemikiran-pemikiran mengenai jihad, saya menjadi lebih berhati-hati. Pokoknya akan terus membuat Islam dalam diri saya menjadi kuat dan tidak salah pergaulan,” tegas siswa tersebut.

Baca juga Kepala SMKN 2 Baleendah: Tangguh Itu Petarung

Siswa lain mengaku merasa beruntung telah mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Ia meyakini bahwa ilmu yang didapat dari kegiatan dapat berguna bagi dirinya dalam menjalani kehidupan beragama dan bersosialisasi dengan masyarakat.

“Saya berharap Tim AIDA dapat menjadi pendorong atau pendobrak bagi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diperbolehkan secara agama dan (oleh) negara,” ujarnya. [FAH]

Baca juga Terorisme Penuh Mudarat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *