30/08/2023

Peace Food sebagai Upaya Perdamaian

Ada istilah cukup baru dalam topik ketahanan pangan, yaitu peace food. Istilah ini merujuk pada inisiatif merawat perdamaian melalui ikhtiar menjaga ketersediaan pangan. Tujuannya adalah dengan tujuan menyatukan perhatian internasional dan pemangku kepentingan global dalam mengontrol situasi terkini di pasar pangan global.

Dalam tradisi Indonesia, peace food atau makanan perdamaian sudah diterapkan dalam kearifan lokal kita. Bedanya bukan untuk memastikan ketersediaan pangan, namun untuk perdamaian itu sendiri.

“Saya sering mengatakan bahwa jika politik terpecah, maka meja itu menyatukan orang-orang.” Ucapan itu dilontarkan oleh desainer makanan dan pendiri the Club des Chefs des Chefs, Gilles Bragard. Perkataan Gilles tersebut melatari semangat tradisi peace food dalam kebudayaan kita. Urusan makan memang sudah popular sebagai bagian pemersatu dan merajut perdamaian di Nusantara.

Baca juga Medsos untuk Perdamaian

Masyarakat Bugis melestarikan tradisi massiara’ saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha yang mewajibkan tiap orang yang datang ke rumah untuk makan bersama dengan pemilik rumah. Tradisi ini mengandung makna filosofis yaitu meningkatkan rasa persaudaraan antartetangga. Bukan tidak mungkin selama bertetangga kita jarang bertegur sapa karena kesibukan sehari-hari, sehingga duduk dan makan bersama akan merekatkan hubungan yang merenggang.

Di masyarakat Jawa, ada tradisi Nyadran yang kini popular menjadi istilah Nyadran Perdamaian. Laku peace food ini dipraktikkan di mana masing-masing warga desa membawa makanan dari rumah. Setelah itu warga berdoa bersama dan mengonsusi makanan yang dibawa secara bersama-sama. Laku ini bertujuan merekatkan dan membentuk ruang interaksi antarwarga sehingga melahirkan sikap berdamai, bersaudara, dan bersahabat.

Baca juga Praktik-Praktik Jihad

Menurut Alice Julier, sosiolog dari Universitas Massachusetts, Amerika Serikat, aktivitas makan bersama bisa mengubah perspektif terhadap ketidakadilan dan saling menghormati satu sama lain dalam pergaulan sosialnya. Pendapat Alice didukung oleh beberapa riset psikologi, bahwa makan bersama membangun ikatan kedekatan (bonding) antarindividu. Kedekatan yang berjalan positif akan meminimalisasi potensi konflik.

Studi juga menunjukkan bahwa waktu makan bersama menjadi salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan, karena saat makan dan berkumpul dalam satu meja akan menghubungkan serta meningkatkan perasaan satu sama lain. 

Mentradisikan peace food

Tradisi peace food sangat layak dilestarikan, tidak harus menunggu momen tertentu. Misalnya dengan cara potluck yang mengharuskan setiap pesertanya berkumpul serta membawa makanan sendiri untuk disantap bersama. Biasanya, acara ini kerap dilakukan di tempat kerja atau dibarengi dengan piknik.

Baca juga Tips Bangkit dari Keterpurukan

Selain untuk membangun hubungan harmonis antarpekerja dan meningkatkan produktivitas kerja, penelitian mengungkapkan bahwa semakin sering orang makan bersama, semakin besar kemungkinan mereka merasa bahagia dan puas dengan hidupnya. Temuan Robin Dunbar dalam risetnya berjudul Breaking Bread: the Functions of Social Eating menemukan bahwa makan merupakan bentuk penting dari interaksi sosial yang positif. Makan bersama orang yang kita kenal meningkatkan perasaan kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan, lebih percaya pada orang lain, lebih terlibat dengan komunitas lokal, dan memiliki lebih banyak teman yang dapat mereka andalkan untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi setiap masalah hidup.

Akhiran, menjaga perdamaian bisa dilakukan dengan cara sederhana yaitu memulai gerakan peace food (makanan perdamaian) dengan makan bersama keluarga, sahabat bahkan rekan kerja kita.

Baca juga Menghindari Marah kala Puasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *