KH Dian Nafi’: Saling Memahami Kunci Menjaga Perdamaian
Aliansi Indonesia Damai- Dalam kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama di Surakarta, Jawa Tengah (30-31/10/2019), Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Kiai Dian Nafi mengatakan, konflik kekerasan yang terjadi di sejumlah negara Timur Tengah harus menjadi pembelajaran bagi Indonesia untuk lebih peduli terhadap perdamaian. “Pembelajaran dari negara-negara seperti di Iraq dan Syiria adalah, kita harus bisa memahami bahwa kedamaian itu mahal harganya,” jelasnya.
Kegiatan yang digelar AIDA sebagai lanjutan dari Halaqah Alim Ulama beberapa bulan lalu itu dihadiri sejumlah peserta yang berasal dari perwakilan pondok pesantren dan lembaga-lembaga keagamaan se-Solo Raya. Di antaranya Pondok Pesantren al-Hikmah, Pondok Pesantren Al-Anisiyah, Pondok pesantren Manik Mulya, Jaringan Gusdurian Solo, Fatayat Nahdlatul Ulama, Majelis Tafsir Al-Quran (MTA), dan berbagai organisasi keagamaan lainnya.
Baca juga Mendengar Pertaubatan Mantan Pelaku Terorisme, Tokoh Agama Tersentuh
Kiai Dian menjelaskan, sebagai individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat serta berbangsa dan bernegara, setiap konflik harus diselesaikan dengan cara saling memahami di antara sesama. Menurutnya, konflik yang tidak ditangani secara arif dan bijaksana berpotensi melahirkan konflik yang lebih besar. “Kita ini hidup sebagai individu, lalu masyarakat kemudian berbangsa dan bernegara. Konflik yang tidak bisa diselesaikan akan melahirkan aksi kekerasan terorisme. Oleh karenanya kita perlu menyadari bahwa persoalan konflik itu bisa diselesaikan dengan cara saling memahami (dialog),” ungkapnya.
Menurut Kiai Dian, setidaknya ada dua cara untuk meminimalisir potensi konflik, “Pertama, adalah aspek kognitif. Aspek ini berarti, jika ada perasaan dendam, iri dan marah terhadap orang lain bisa berpotensi kepada kekerasan, maka itu harus dijauhi. Kedua, memahami perbedaan. Karena setiap orang punya pandangan berbeda. Kalau kita menyadari perbedaan itu, kita bisa meminimalisir konflik,” tutur wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Surakarta itu.

Kiai Dian juga mengajak para tokoh agama untuk lebih giat menyuarakan nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian. “Setidaknya ada tiga tugas utama kita, pertama, membangun pemikiran masyarakat yang terbuka, karena pada dasarnya manusia hidup berbeda satu sama lain. Kedua, ikhtiar untuk saling memaafkan. Ketiga, sikap saling membantu sesama masyarakat Indonesia. Namun, prinsip pertama dalam spirit perdamaian adalah sesaudara dalam sebangsa, sesaudara dalam kemanusiaan,” pungkas Kiai Dian.
Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi mengatakan, tujuan utama dari pelatihan ini adalah menjadikan Indonesia lebih damai lagi, sekaligus mengajak para pemuka agama untuk bersilaturrahim dengan korban terorisme. Peran alim ulama dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai potensi konflik sosial di kalangan masyarakat Indonesia. [FS]
1 Comment