Generasi Muda Harus Melek Literasi

Aliansi Indonesia Damai– Pagi itu 48 siswa SMAN 2 Blitar tampak berbondong-bondong menuju Aula Sekolah. Mereka menghadiri kegiatan bertajuk “Dialog Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Kegiatan yang diselenggarakan oleh AIDA pada November 2019 itu hendak menyampaikan inspirasi ketangguhan kepada generasi muda melalui kisah korban dan mantan pelaku terorisme.

Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Kurnia Widodo, mantan narapidana terorisme. Dia membagikan kisahnya terjerumus ke dalam kelompok ekstremisme. Kurnia mengaku terlibat dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari pergaulan yang salah dengan teman-temannya, ditambah lagi fanatismenya terhadap salah satu tokoh. Ia menganggap bahwa apa yang dikatakan tokoh itu adalah mutlak benar, sedangkan hal-hal yang di luar itu adalah salah.

Baca juga Inspirasi Ketangguhan di SMAN 3 Blitar

Fanatisme yang berlebihan membuat Kurnia sempat berencana melakukan aksi teror di beberapa tempat. Beruntung, sebelum niatnya benar-benar terwujud, ia terlebih dahulu ditangkap oleh aparat keamanan. Ia pun diadili dan dihukum lantaran keterlibatannya dengan kelompok teroris. Di balik jeruji, ia menemukan titik balik hingga akhirnya bertaubat.

“Jangan berpandangan sempit terhadap suatu ajaran agama. Saya dulu terlalu fanatik terhadap ustaz saya. Jangan seperti saya. Kalian harus banyak membuka diri dan mengoreksi informasi yang kalian dapatkan. Dari sosial media lewat handphone kalian itu bisa jadi banyak hoaks, maka jangan langsung percaya. Karena kalau informasi itu tidak benar bisa membuat kalian menjadi seperti saya di masa lalu,” tutur Kurnia.

Baca juga Menyemai Perdamaian di SMAN 4 Blitar

Selain Kurnia Widodo, narasumber yang hadir adalah Dwi Siti Romdhoni atau akrab disapa Dwiki, salah seorang korban ledakan Bom Thamrin tahun 2016. Saat kejadian, Dwiki hanya berada sekitar dua meter dari sumber ledakan. Akibat ledakan itu ia menderita luka bakar dan cedera tulang leher, bahkan sempat dinyatakan mati suri. Serangkaian upaya perawatan dan pengobatan terpaksa ia lakukan meskipun tidak mudah. Di hadapan siswa-siswi, Dwiki mengaku telah ikhlas meski menderita fisik akibat musibah itu. Bagi dia, mengikhlaskan merupakan terapi berharga untuk bisa bangkit dari keterpurukan.

Cerita Dwiki mampu menginspirasi salah satu siswa untuk tidak putus asa dalam menghadapi cobaan hidup. “Saya mendapat pelajaran berharga dari Bu Dwiki. Beliau pantang menyerah dalam berjuang untuk kesembuhannya. Perjuangannya itu juga sangat berarti bagi keluarganya,” ungkap siswi tersebut.

Seorang siswa menyampaikan pembelajaran yang ia dapatkan setelah mendengar kisah Kurnia. “Dari Pak Kurnia saya mendapat pelajaran agar kita tidak serampangan dalam memahami sesuatu. Di sinilah pentingnya generasi muda memiliki kemampuan tentang literasi. Kita tidak bisa memahami sesuatu dari satu sumber saja,” ungkap siswa kelas XI tersebut.  [LADW]

Baca juga Siswa SMAN 4 Blitar Siap Jadi Aktor Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *