Berjemaah Membangun Damai
Aliansi Indonesia Damai– Perdamaian menjadi syarat utama bagi pembangunan bangsa di masa depan. Keterlibatan semua pihak, termasuk generasi muda, menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu. Pemuda dapat berkolaborasi dengan pelbagai pihak dan bergandengan tangan untuk menjaga perdamaian Indonesia.
Direktur Eksekutif AIDA, Riri Khariroh, menyatakan, pemuda berperan vital dalam pembangunan perdamaian di Indonesia. “Kita sebagai generasi muda harus terlibat dalam upaya-upaya pembangunan perdamaian, dengan saling tolong menolong,” ujar Riri saat memberi sambutan dalam seminar sehari: “Halaqah Perdamaian, Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme”, Selasa (23/2/2021).
Baca juga Menumbuhkan Semangat Persaudaraan
Acara yang digelar AIDA bekerjasama dengan Laboratorium Sosiologi FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) itu menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain sosiolog Universitas Indonesia Imam B Prasodjo, Dekan Fisip Unsoed, Jarot Santoso, M.S, mantan pelaku terorisme, Ali Fauzi Manzi, penyintas bom Kampung Melayu, Susi Afitriyani, Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, dan tiga orang pengajar Unsoed, Mintarti, Elis Puspitasari, dan serta Sulyana Dadan.
Di hadapan ratusan mahasiswa yang bergabung secara daring, Riri menjelaskan bahwa ikhtiar mewujudkan perdamaian adalah tanggung jawab kolektif yang harus diupayakan bersama. Semua pihak harus bahu membahu menegakkan kedamaian dan keamanan di lingkungan masing-masing. “Kami di AIDA berprinsip bahwa membangun perdamaian adalah perjuangan yang harus kita lakukan bersama-sama, baik di kampus, di masyarakat, di civil society organization, akademisi, tokoh agama, dan semua pihak di negeri tercinta,” ujarnya.
Baca juga Saatnya Mayoritas Menyuarakan Perdamaian
Salah satu ikhtiar mewujudkan perdamaian adalah dengan belajar dari mantan pelaku terorisme sekaligus kepada korbannya. Kedua belah pihak mempunyai pengalaman hidup berharga sebagai pembelajaran . Diharapkan tidak ada lagi pelaku kekerasan dan tidak ada lagi korbannya. “Kita dapat melihat wajah kemanusiaan dari terorisme. Kita dapat mendengar dan mengambil pelajaran dari penyintas terorisme,” tuturnya.
Baca juga Saat Mantan Ekstremis Belajar dari Korban
Ia pun mengajak mahasiswa untuk melihat kekerasan dari perspektif korban dan mantan pelakunya. Dalam pandangan Riri, pengarusutamaan perspektif kedua belah pihak penting untuk menjadi pembelajaran bersama.
“Yang paling penting, tujuan khusus dari kegiatan ini yaitu kami ingin menghadirkan perspektif korban, dan juga mantan pelaku aksi terorisme yang telah menyadari kesalahannya dan sekarang aktif mengampanyekan nilai-nilai perdamaian di Indonesia,” katanya menegaskan. [AH]
Baca juga Jihad Tak Bisa Dihilangkan