17/08/2020

Saat Mantan Ekstremis Belajar dari Korban

Aliansi Indonesia Damai- Para korban menjadi salah satu faktor pendorong pertobatan mantan pelaku terorisme. Terlebih korban yang mampu memaafkan pelaku. Sikap mulia dan kebesaran jiwa korban terorisme adalah inspirasi sekaligus alasan sebagian mantan pelaku memilih insaf.

“Saya sampaikan (maaf) kepada para korban yang kehilangan mata, dan luka bakar hingga 60 persen. Mereka malah memaafkan saya. Itu yang meningkatkan semangat saya dalam satu barisan perdamaian. Kalau saya pribadi, belum tentu mudah memaafkan,” kata Ali Fauzi Manzi saat menjadi narasumber Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya. Kegiatan digelar AIDA bekerja sama dengan BEM FIB Universitas Airlangga Surabaya, awal Agustus lalu.

Baca juga Jihad Tak Bisa Dihilangkan

Kepada puluhan mahasiswa Unair yang mengikuti kegiatan, Ali mengaku tidak mudah meninggalkan kelompok lamanya. Perlahan tapi pasti ia sepenuhnya berhijrah dari dunia ekstremisme. Apalagi setelah bertemu dengan korban bom terorisme. Mendengar kisah demi kisah yang diceritakan korban, Ali mulai memahami betapa tindakannya dulu telah melukai orang-orang yang tidak bersalah.

“Saya menyadari bahwa apa yang dahulu saya dan teman-teman lakukan tidak akan bisa mengembalikan apa yang diderita oleh para korban. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya,” ujarnya.

Baca juga Terorisme Bisa Bermula dari Lingkup Keluarga

Ali Fauzi memang tidak pernah terlibat langsung dalam aksi teror di Indonesia. Tetapi saat konflik komunal meletus di Ambon Maluku dan Poso Sulawesi Tengah, ia menjadi instruktur pelatihan militer para kombatan. Setelah itu ia berpindah ke Filipina Selatan untuk bergabung dengan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF).

Kiprahnya berakhir saat aparat keamanan Filipina menangkapnya. Ia dihukum penjara beberapa tahun tanpa proses pengadilan. Beruntung pemerintah Indonesia mengekstradisinya. Saat ini Ali Fauzi Manzi telah sepenuhnya insaf dan berbalik arah untuk terlibat dalam gerakan perdamaian.

Menurut Ali Fauzi, di antara kesalahan kelompok ekstrem adalah merasa wajib menegakkan syariat Islam, namun dilakukan dengan cara-cara kekerasan sehingga justru menimbulkan korban-korban tak bersalah. [FS]

Baca juga Menyingkap Akar Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *