01/04/2021

Membalas Kebencian dengan Kasih (Bag. 2-Terakhir)

Aliansi Indonesia Damai- Dari hasil pemeriksaan, dokter memutuskan Budijono harus melakukan operasi. Namun ternyata dua minggu setelahnya, dinyatakan bahwa operasi pertamanya gagal. Walhasil ia harus menjalani operasi kedua. Selama dua bulan ia merasakan sakit kepala yang luar biasa sehingga tak mampu beraktivitas sama sekali.

Ia mengaku bahwa kenangan tersebut seperti mimpi buruk dalam hidupnya. Meskipun pada akhirnya luka Budijono dinyatakan sembuh hampir seratus persen, namun luka batin lebih susah diobati. “Jadi memang masa-masa paling sulit adalah menghilangkan trauma. Menghilangkan rasa sakit hati, itu masa paling sulit,” ucapnya.

Baca juga Membalas Kebencian dengan Kasih (Bag. 1)

Enam bulan setelah musibah, ia menyadari bahwa untuk menjalani kehidupan secara normal, ia harus segera bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Ia kembali pada ajaran agamanya, yaitu cinta kasih terhadap sesama. “Apa nggak sebaiknya saya terapkan ajaran kasih saja ya? daripada hidup hanya untuk memusuhi, yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban pikiran saya sendiri,” ujarnya mengenang.

Budijono bersyukur bisa melewati masa krisis batin itu. “Gak sampai setengah tahun, semua rasa sakit hati, rasa trauma, ingin dendam, itu pun hilang semua. Jadi saya bisa menerima dan dengan ikhlas memaafkan pelaku,” ucapnya.

Baca juga Penyintas Bom Thamrin Melawan Trauma (Bag. 1)

Budijono bahkan justru merasa kasihan dengan pelaku. Baginya pelaku juga adalah korban, karena tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan. Pelaku salah dalam memahami doktrin agama. Ia percaya bahwa semua agama mengajarkan kasih sayang dan cinta antarsesama makhluk Tuhan. 

Ia bahkan dengan tegas mengklaim bahwa tindakan tersebut gagal total, karena hubungan antara jemaat Gereja St. Lidwina dengan umat agama lain semakin erat dan harmonis. Bahkan, tidak ada jemaat gereja yang membenci muslim setelah kejadian tersebut. Meski pelaku penyerangan beragama Islam.

Baca juga Penyintas Bom Thamrin Melawan Trauma (Bag. 2-Terakhir)

“Satu hal yang luar biasa yang terjadi di luar dugaan kita setelah kejadian tersebut. Yang datang ke sana untuk membersihkan Gereja bukan hanya jemaat Gereja, tetapi warga sekitar yang mayoritas muslim. Banyak sekali dari komunitas muslim datang membantu memberikan semangat ke gereja saya,” ujarnya.

Menurut dia, sejak awal dirinya memahami bahwa semua agama mengajarkan kasih. Ia tidak pernah mendapatkan doktrin bahwa agama Islam jelek. “Agama Islam itu baik. Ajarannya baik. Ajarannya juga sama, intinya cinta kasih, mengasihi sesama. Tapi karena doktrin yang diterima pelaku itu salah, dia membuat penafsiran sendiri. Jadi bukan agamanya yang salah. Agamanya baik, cara pemahamannya aja yang salah,” ucapnya tegas. [WTR]

Baca juga Kebangkitan dan Ikhtiar Memaafkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *