Meluruskan Pemahaman Jihad
Aliansi Indonesia Damai- Dewasa ini masih banyak kalangan yang memahami jihad hanya sebatas perang. Mungkin tidak akan menjadi masalah besar jika kekeliruan tersebut hanya sampai di pikiran saja, namun seringkali pemikiran tersebut dituangkan dalam bentuk aksi hingga memakan banyak korban jiwa. Sehingga dalih membela justru berbalik dan menimbulkan dampak siksa bagi sesama.
Jika dilihat muasalnya, propaganda jihad yang sering digaungkan oleh kelompok ekstrem bersumber salah satunya dari hadis riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, siapa yang wafat dan tidak pernah berperang serta tidak terlintas sedikit pun di hatinya untuk berperang maka ia meninggal dalam keadaan munafik. Hadis ini dihukumi sahih oleh mayoritas ulama, namun tidak boleh dipahami secara tekstual. Karena memang tidak semua dalil bisa diterapkan dalam semua kondisi.
Baca juga Afirmasi Diri: Kisah yang Menjelma Makna dan Kata-kata
Dalam Kitab Mirqah al-Mafatih dijelaskan bahwa hadis tersebut sejatinya hanya bisa diterapkan dalam kondisi perang, karena pada kondisi tersebut jihad identik dengan kualitas keimanan seseorang. Selain itu, perlu juga dipahami bahwa perang hanyalah satu dari banyak bentuk jihad yang bisa dilakukan. Pun demikian, perang juga tidak serta merta diperbolehkan tanpa alasan yang kuat, seperti untuk membela diri ketika diserang.
Dengan kondisi masyarakat saat ini yang sudah damai, melakukan perang dalam bentuk pengeboman dengan dalih jihad tentu tidak relevan lagi. Terlebih aksi tersebut justru akan merusak situasi damai yang sudah tercipta di masyarakat. Merujuk pada pemahaman di atas, sudah seharusnya jihad dilakukan dengan melihat konteks. Jika masyarakat telah merasakan hidup secara damai, maka jihad yang perlu dilakukan adalah menjaga kedamaian tersebut.
Baca juga Berdakwah di Era Digital
Meminjam istilah Johan Galtung, sejatinya perdamaian bukan hanya tentang ketiadaan kekerasan di lingkungan masyarakat. Lebih jauh lagi, kondisi damai yang positif diartikan sebagai kondisi yang dipenuhi oleh rasa aman, keadilan, serta struktur sosial yang tidak mendiskriminasi terhadap ras, etnis, ataupun agama. Sehingga, untuk mewujudkan perdamaian positif, akan lebih baik bagi kita untuk berjihad melawan kebodohan dan kemiskinan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Baca juga Mengenal Simbol-Simbol Perdamaian