Suara Korban
Penyintas Bom Kuningan Berjuang Melawan Trauma
Aliansi Indonesia Damai- Sebelum 09 September 2004, Yunik tidak pernah menggunakan angkutan transportasi umum saat bepergian. Namun karena beberapa hal, pagi itu ia tidak ikut serta dalam mobil pembawa makanan katering seperti biasanya. Ia tak pernah menyangka pengalaman pertamanya itu berubah menjadi peristiwa pahit yang akan teringat sepanjang hayat dan…
Read More »Sempat Diduga Pengebom, Keluarga Korban Bangkit dari Kesedihan
Aliansi Indonesia Damai- “Dek, itu ada bom meledak di daerah Kuningan.” Reni Agustina Sitania masih mengingat betul perkataan almarhumah ibunya itu 15 tahun silam. Spontan Reni langsung ikut menonton televisi yang mengabarkan peristiwa pengeboman di depan kantor Kedutaan Besar Australia, Jalan HR Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan. Keluarga langsung dihinggapi…
Read More »Penyintas Bom Bali Menjadi Ibu Sekaligus Bapak
Aliansi Indonesia Damai- Ni Luh Erniati baru saja menidurkan dua buah hatinya, Putu Agus Eriawan Kusuma (Putu) dan Made Bagus Arya Dana (Made), saat ledakan keras terdengar dari bilik indekosnya. Disangkanya gardu listrik yang meledak. Beberapa saat berikutnya, tetangga indekos mengetuk pintu kamar dan menanyakan apakah suaminya bekerja malam itu.…
Read More »Penyintas Bom Bali Menjadi Bapak Sekaligus Ibu
Aliansi Indonesia Damai- Tak pernah terbayang dalam benak I Wayan Sudiana menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya yang masih belia. Namun peristiwa teror Bom Bali 2002 membuatnya harus menghadapi kenyataan itu. Sang istri, Widayati, meninggal dunia dalam musibah itu. Marah, trauma, hingga takut keluar rumah berbulan-bulan pernah menghinggapi Wayan. Namun…
Read More »Penyintas Bom Mengejar Sarjana (bag. 2)
Berbeda dengan Jihan, Pipit, dan Desmonda yang memang berstatus mahasiswa saat terkena musibah ledakan bom, tiga orang berikut ini malah memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana usai mengalami musibah Bom Kuningan 2004. Padahal kondisi fisiknya tak lagi sempurna, selain tentu saja usia yang “kelewat” mengingat sudah bertahun-tahun sebelumnya mereka…
Read More »Penyintas Bom Mengejar Sarjana (bag. 1)
Aliansi Indonesia Damai- Peristiwa teror bom di pelbagai tempat di Indonesia nyaris memupuskan banyak impian penyintasnya. Sebagian dari mereka terpaksa mengubur cita-citanya karena keterbatasan fisik dan ekonomi, namun tak sedikit yang menolak takluk. Salah satu impian penyintas adalah menempuh pendidikan setinggi mungkin, setidaknya jenjang sarjana. Redaksi merangkum segelintir kisah penyintas…
Read More »Penyintas Bom Bali: Lawan Kekerasan dengan Menebar Kebaikan
Aliansi Indonesia Damai- Sekira pukul 6 petang, Ni Made Kembang Arsini baru saja membereskan meja dan kursi bekas tamu di Menega Cafe, Jimbaran, Bali. Ketika menuju dapur, baru berjalan sekitar lima langkah, ia merasa tangan kanannya seperti tertembak benda tumpul hingga membengkak dan telinganya berdengung kencang. “Bom!! Bom!! Bom!!”. Meski…
Read More »Penyintas Bom Kampung Melayu: Berprasangka Baik Atas Takdir (Bag. 2-Terakhir)
Tasdik diminta berpindah ke sepeda motor polisi agar lebih cepat tiba di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, ia melihat banyak korban luka yang sedang mendapatkan penanganan dokter. “Saya langsung mendapatkan pertolongan pertama. Punggung, kaki, tangan semua mendapatkan banyak jahitan. Kemudian di-rontgen dan scan,” ujarnya. Karena cedera di bagian tangan…
Read More »Penyintas Bom Kampung Melayu: Terkena Ledakan Kala Menolong Korban (Bag. 1)
Aliansi Indonesia Damai- Masih lekat betul dalam ingatan Tasdik Saputra musibah yang menimpanya 3 tahun silam. Saat hendak membantu mengevakuasi korban ledakan, ia justru terkena ledakan yang kedua sehingga mengalami luka di sekujur tubuhnya. Banyak orang malah berhamburan lari menjauh dari titik ledakan karena ketakutan. Beruntung seorang tukang ojek membantunya.…
Read More »Kesetiaan Istri Korban Bom
Aliansi Indonesia Damai- Ledakan bom di depan kantor Kedutaan Besar Australia tahun 2004 masih menyisakan luka menganga bagi para korban dan keluarganya. Di tengah segala keterbatasan, beberapa orang begitu setia mendampingi orang-orang tercinta menjalani masa kritis secara tulus. Sejumlah perempuan bahkan enggan menikah lagi selepas kepergian suaminya. Wartini adalah salah…
Read More »