launching dan bedah buku
Home Berita Memetik Ibrah Dari Kehidupan Teroris dan Korbannya
Berita - 01/03/2018

Memetik Ibrah Dari Kehidupan Teroris dan Korbannya

Akhir pekan lalu di Jakarta Aliansi Indonesia Damai (AIDA) meluncurkan buku “La Tay’as/Jangan Putus Asa: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya”. Buku tersebut karya Hasibullah Satrawi, cendekiawan muda alumnus Universitas Al-Azhar Kairo yang sekaligus adalah Direktur AIDA.

Buku tersebut merupakan buah pikiran dan pengalaman penulis selama lima tahun terakhir bersama AIDA mendampingi dan membantu para korban terorisme, termasuk memfasilitasi mereka yang telah siap untuk berekonsiliasi dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertaubat.

Melalui karyanya Hasibullah mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil pelajaran berharga (ibrah) dari interaksi kehidupan mantan teroris dan para korban aksi teror di Indonesia. Kisah korban dan mantan pelaku menurutnya mengandung ibrah yang wajib diteladani masyarakat, terutama di tengah kondisi di mana provokasi kebencian menyebar secara liar di mana-mana. Banyak nilai positif yang bisa diambil sebagai ibrah dari kisah korban dan mantan pelaku, di antaranya nilai pemaafan, ketangguhan, semangat optimisme menghadapi tantangan hidup, serta pertaubatan.

Pembina AIDA, Farha Ciciek Assegaf, memberikan sambutan dalam acara tersebut. Dia memulai dengan berterima kasih kepada segenap hadirin. Menurutnya setiap manusia adalah guru kehidupan yang dapat memberikan pelajaran atau ibrah. Secara khusus dia menilai mantan teroris dan para penyintas yang sudah saling memaafkan dapat menjadi contoh wujud nyata bentuk perdamaian yang bisa diteladani seluruh bangsa.

Farha Ciciek didampingi guru besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE, menyingkap kain penutup lalu sesaat kemudian tampilan halaman cover buku La Tay’as muncul. Seremonial simbolik tersebut sekaligus menandai peluncuran buku secara resmi. Peluncuran buku di atas panggung disaksikan langsung oleh Sucipto Hari Wibowo, Ketua Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), Mohammad Bakir, Redaktur Pelaksana Harian Kompas, Ali Fauzi, mantan pelaku terorisme yang juga Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), dan Hasibullah Satrawi, penulis buku.

Sejumlah tokoh mendapatkan penganugerahan buku dalam acara tersebut. Di antaranya adalah para korban dan mantan pelaku terorisme yang kisahnya menjadi inspirasi penulisan, perwakilan dari Kantor Staf Presiden, Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham, Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud, dan perwakilan media massa.

Usai peluncuran, diskusi bedah buku yang dimoderatori oleh Mohammad Bakir dimulai. Sebelum berkata-kata, Bakir menahan isak tangis karena merasa haru kepada para penyintas yang dengan lapang dada memaafkan mantan pelaku. Bakir tak kuasa memberikan pembukaan yang lebih panjang dan langsung menyerahkan waktunya kepada narasumber pertama, Ni Luh Erniati, penyintas Bom Bali 2002.

Secara singkat Erni menceritakan pengalamannya setelah suami tercinta meninggal dunia menjadi korban bom. Dilanjutkan dengan penuturan kisah Ali Fauzi, mantan anggota Jamaah Islamiyah, adik dari trio pelaku Bom Bali 2002 yang telah diadili. Setelah meninggalkan dunia kekerasan saat ini Ali Fauzi mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), perkumpulan mantan teroris/kombatan yang bergerak untuk mengampanyekan perdamaian. Narasumber lainnya, Prof. Azyumardi Azra, membahas buku La Tay’as dari sisi intelektual akademis secara umum. Guru Besar UIN Jakarta ini menekankan agar pemerintah memperhatikan nasib para penyintas dan mantan pelaku terorisme.

Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris & Korbannya berkisah tentang liku-liku proses kehidupan beberapa bekas teroris yang saat ini sudah berubah haluan pada jalan perdamaian serta interaksi mereka dengan para korban aksi teror. Penulis mengatakan, poin penting dalam buku ini adalah penekanan bahwa masyarakat penting memetik ibrah atau pembelajaran berharga dari kisah korban dan mantan teroris. Para penyintas adalah contoh konkret dari sifat lapang dada, penerimaan takdir, welas asih, dan pemaafan. Mantan teroris adalah wujud nyata dari bentuk pertobatan. [AM]

launching dan bedah buku
(Dok. AIDA) Farha Ciciek Assegaf, Pembina AIDA, didampingi guru besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE, dan disaksikan oleh Ketua Yayasan Penyintas Indonesia, Perwakilan Media, dan penulis buku, saat menyingkap kain penutup halaman cover buku La Tay’as di Jakarta, Sabtu, 24 Februari 2018.