PBB Galang Solidaritas Untuk Palestina
ALIANSI INDONESIA DAMAI – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 29 November menjadi hari solidaritas internasional untuk bangsa Palestina. Pada peringatan Hari Palestina tahun ini, Komite Hak-hak Bangsa Palestina Majelis Umum PBB menggelar pameran kebudayaan di markas PBB di New York.
Acara yang diselenggarakan pada 28-30 November 2018 itu dimeriahkan dengan sejumlah pertemuan dan pertunjukan. Sejarah perlakuan tidak adil yang dialami penduduk Palestina oleh penguasa Israel disajikan dalam berbagai sarana di gelaran tersebut.
Melalui ekshibisi tersebut PBB mengajak masyarakat global untuk peduli dan berempati kepada bangsa Palestina yang masih terbelenggu ketidakadilan dan belum mendapatkan hak kemerdekaan.
Mengapa PBB menentukan hari solidaritas untuk Palestina pada 29 November? Mengutip akun resmi media sosial Komite Hak-hak Bangsa Palestina PBB, dalam sejarahnya, tanggal 29 November 1947 Majelis Umum PBB mengadopsi Resolusi bernomor 181 (II) yang isinya adalah keputusan untuk membagi Palestina menjadi dua negara, yaitu sebuah negara untuk bangsa Arab dan sebuah negara untuk bangsa Yahudi. Pada 1948 Negara Israel resmi didirikan, namun negara untuk bangsa Arab di Palestina tak pernah mewujud menjadi kenyataan.
Pascaperang 1967, Israel mulai mengokupasi tanah-tanah Palestina, dan aktivitas itu terus berlanjut hingga sekarang. Pada 1977, Majelis Umum PBB menetapkan setiap tanggal 29 November menjadi hari untuk menunjukkan solidaritas terhadap bangsa Palestina.
Dunia mencatat banyak konflik meledak antara warga Palestina dengan Israel setelah masif terjadi pencaplokan wilayah. Banyak nyawa dan materi juga telah terkorbankan akibat konflik itu. Selama tujuh dasawarsa ini berbagai upaya telah dicoba oleh pihak-pihak terkait untuk menghentikan konflik serta menemukan jalan keluar terbaik. Solusi dua negara sebagaimana tertuang dalam Resolusi 181 (II) disebut-sebut merupakan cara paling adil untuk menghentikan berbagai macam pelanggaran hak asasi manusia di Palestina.
“Perjuangan Palestina selama puluhan tahun untuk penentuan nasib sendiri, kemerdekaan dan kehidupan bermartabat menghadapi banyak rintangan, termasuk: berlanjutnya pendudukan militer atas wilayah Palestina; kekerasan dan hasutan yang terus berlangsung; melanjutkan pembangunan pemukiman dan perluasan; ketidakpastian yang mendalam tentang proses perdamaian; dan memburuknya kondisi kemanusiaan dan ekonomi, khususnya di Gaza,” Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan dalam sambutannya pada peringatan Hari Solidaritas Internasional Bersama Bangsa Palestina, di Jenewa, Swiss, Rabu (28/11/2018).
Guterres juga mengatakan PBB tidak akan goyah dalam berkomitmen terhadap kemerdekaan Palestina.
Di belahan bumi yang lain, puluhan warga Palestina mengajak masyarakat internasional untuk menyatakan solidaritas kepada rakyat Palestina ke dalam tindakan nyata. Pesan itu yang mengemuka dalam aksi damai yang diselenggarakan oleh sejumlah anggota sebuah faksi Palestina di depan kantor PBB di Ramallah, Kamis (29/11/2018).
Dalam sebuah pernyataan di Aljazeera, Hanan Ashrawi, seorang anggota Dewan Nasional Palestina, mengatakan bahwa penderitaan, perampasan, pengusiran dan korban dari rakyat Palestina dimulai ketika negara Israel didirikan di tanah Palestina, sehingga solidaritas tidak cukup hanya diekspresikan menjadi empati, lebih dari itu, harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif, positif dan konkret terhadap kemerdekaan Palestina.
Indonesia termasuk Salah satu Negara yang melakukan dukungan konkret terhadap kemerdekaan Palestina. “Ini (isu Palestina) penting bagi kita karena ini adalah amanat konstitusi, bagian integral dari mandat konstitusi Indonesia untuk menghapus penjajahan dari atas dunia dan melaksanakan ketertiban dunia,” ujar Sunarko, Direktur Bidang Timur Tengah Kementrian Luar Negeri dalam Peringatan Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina yang digelar di Universitas Indonesia, Kamis (29/11/2018). [MSH]