Refleksi Hari Peringatan dan Penghormatan bagi Korban Terorisme
Setiap tanggal 21 Agustus, diperingati sebagai Hari Internasional Peringatan dan Penghormatan bagi Korban Terorisme. Penetapan ini berdasarkan Resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 72/165 tahun 2017. Ditetapkannya hari internasional bagi korban terorisme dimaksudkan untuk menghormati dan mendukung para korban/penyintas terorisme serta untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia mereka.
Setiap tahun PBB menyelenggarakan acara peringatan dengan mengundang perwakilan korban/penyintas aksi terorisme dari sejumlah negara, termasuk dari Indonesia untuk menyampaikan suaranya. Para korban terorisme berbagi cerita dan pengalamannya diyakini dapat menciptakan perubahan bermakna dan meningkatkan kesadaran publik terhadap dampak jangka panjang terorisme.
Di Indonesia, setiap tahun pun digelar acara peringatan dan penghormatan bagi korban aksi terorisme. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengundang para korban aksi terorisme untuk berkumpul dalam acara peringatan dan penghormatan tersebut.
Baca juga Momentum Pemenuhan Hak Korban Terorisme
Korban aksi terorisme dari pelbagai daerah berkumpul untuk berbagi cerita dan saling menguatkan sekaligus memberikan penghormatan bagi korban yang meninggal dunia. Mereka pun berbagi pengalamannya dalam mengampanyekan perdamaian.
Peringatan hari internasional bagi korban terorisme seyogyanya tidak hanya dijadikan acara dan rutinitas tahunan untuk kumpul-kumpul, tetapi dijadikan momentum untuk evaluasi sekaligus refleksi terhadap peran dan tanggung jawab negara kepada korban terorisme. Berdasarkan Pasal 35A ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme bahwa korban terorisme adalah tanggung jawab negara.
Negara bertanggung jawab memberikan bantuan medis, rehabilitasi psikologis dan psikososial, serta kompensasi. Sejak UU Nomor 5 Tahun 2018 disahkan, negara melalui LPSK telah hadir dan memberikan tanggung jawabnya kepada para korban terorisme. Sebanyak 564 korban dari 65 peristiwa serangan terorisme di Indonesia telah menerima kompensasi. Meski demikian, belum semua korban aksi terorisme menerima kompensasi, masih ada sejumlah korban yang belum mendapatkan kompensasi karena alasan tertentu.
Baca juga Catatan Pemenuhan Hak Korban Terorisme: Menuju Negara Paripurna
Para korban pun telah menerima bantuan medis, rehabilitasi psikologis dan psikososial dari negara. Namun bantuan medis dirasakan sebagian korban masih jauh dari yang diharapkan. Adanya pembatasan waktu bantuan medis dan fasilitas kesehatan atau rumah sakit yang ditentukan menjadi persoalan yang kerap dikeluhkan para korban. Pasalnya, korban tak bisa memastikan kapan efek lukanya kambuh atau dirasakan sakit dan perlu dilakukan perawatan medis. Selain itu, rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang ditentukan LPSK terlalu jauh dari tempat tinggal korban.
Bantuan medis sangat dibutuhkan bagi korban terorisme yang mengalami luka sedang maupun luka berat. Hingga saat ini mereka masih membutuhkan perawatan dan pengobatan rutin di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, bahkan mungkin hingga akhir hayatnya. Ada korban yang masih mengkonsumsi obat resep dokter untuk mengobati sakitnya secara rutin selama bertahun-tahun. Bila tak meminum obat maka ia akan merasakan sakit luar biasa, bahkan bisa mengancam jiwanya.
Persoalan-persoalan yang masih dihadapi para korban terorisme hendaknya menjadi perhatian negara untuk meningkatkan perhatian, kepedulian dan tanggung jawabnya kepada korban. Para korban sangat membutuhkan perhatian dan tanggung jawab negara secara berkelanjutan untuk pemulihan diri maupun keluarganya karena derita yang dialami akibat aksi terorisme sangat kompleks dan berkepanjangan.
Baca juga Kompensasi Korban Lama Dinanti
Pemenuhan hak korban terorisme seyogyanya disesuaikan dengan kebutuhan para korban. Berdasarkan pengalaman korban, ada bantuan dari negara yang tidak sesuai kebutuhannya dan masih banyak yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam pemberian layanan hak korban. Diharapkan peringatan dan penghormatan bagi korban terorisme kali ini bisa meningkatkan kesadaran stakeholders terhadap layanan hak korban. Semoga korban terorisme juga diberikan kesehatan dan kekuatan untuk berjuang dan bersuara betapa pentingnya hidup damai.