Generasi Muda Haurgeulis Teladani Kesabaran Penyintas
Aliansi Indonesia Damai – Hari itu, suasana SMK Muhammadiyah Haurgeulis sedikit berbeda. Siswa-siswi tampak bersemangat mendatangi aula sekolah. Mereka antusias menghadiri kegiatan “Dialog Interaktif Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) pada pertengahan Oktober lalu.
Kegiatan tersebut dihadiri Jihan Thalib (Korban Bom Kampung Melayu 2017) dan Mukhtar Khairi (mantan narapidana terorisme). Keduanya berbagi kisah kepada 50 siswa yang hadir dengan harapan cerita perjalanan hidupnya menginspirasi generasi muda menjadi generasi yang tangguh.
Baca juga Mengolah Rasa Melalui Dialog Interaktif
Jihan Thalib mengisahkan, malam saat peristiwa bom itu terjadi, ia bersama sahabatnya baru saja pulang kuliah. Saat menunggu angkutan umum di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, tiba-tiba bom meledak. Jihan pun sempat lari menyelamatkan diri sebelum akhirnya terjatuh. Beruntung seorang pria menolongnya.
Akibat kejadian itu, Jihan harus menjalani operasi pengangkatan gotri yang bersarang di punggungnya. Besi-besi bulat itu merupakan materi isi bom yang meledak. “Ada 7 jahitan di punggung dan 5 jahitan di tangan. Gendang telinga saya juga pecah dan pendengaran saya terganggu. Hingga saat ini saya masih sering pusing,” ungkap perempuan berusia 21 tahun ini.

Saat itu yang ada di pikiran Jihan hanyalah berusaha agar bisa segera pulih, karena ia adalah tulang punggung bagi keluarga. Di saat yang sama, ibunya sedang sakit dan ia harus merawatnya. Karena terdampak ledakan, Jihan takut akan menjadi beban bagi ibunya.
“Awalnya tentu sangat berat. Tapi saya tetap berusaha bersyukur dan ikhlas dengan keadaan. Kita tentu pernah mengalami ketidakpuasan dalam hidup ini. Namun ketika melihat ada banyak orang yang keadaannya lebih terpuruk dari saya, saya merasa tidak seharusnya merasa demikian. Dengan begitu saya merasa lega,” ungkap Jihan.
Salah seorang siswa mengaku mendapatkan pembelajaran (ibroh) dari kisah Jihan. Ia begitu kagum dengan kesabaran Jihan yang tetap tabah di tengah-tengah musibah. “Dari cerita Mbak Jihan saya mendapatkan pelajaran bahwa segala sesuatu harus dilandasi dengan kesabaran. Mbak Jihan adalah orang yang yakin bahwa kesabarannya akan dibalas oleh Allah karena sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar,” tuturnya.
Baca juga Berbagi Ketangguhan di SMAN 1 Haurgeulis
Selain Jihan, Mukhtar Khairi, seorang mantan narapidana terorisme juga berbagi kisah hidupnya. Ia pernah terlibat dalam kelompok ekstremis dan dipenjara selama beberapa tahun. Namun, karena beberapa faktor dan salah satunya pertemuannya dengan para penyintas, ia memilih bertobat dan bergabung menjadi Tim Perdamaian AIDA.
Pada akhir sesi kegiatan, Deputi Direktur AIDA Laode Arham memberikan pesan penguatan kepada siswa agar mampu menjadikan kisah yang disampaikan narasumber sebagai pijakan untuk menjadi generasi tangguh.
“Tangguh bukanlah orang yang kuat secara fisik, melainkan orang yang gagah secara mental. Tangguh adalah orang yang mengalami keterpurukan tapi justru mampu bangkit dari keterpurukan itu. Tangguh adalah orang yang juga mampu bangkit dari kesalahannya, memperbaiki kekurangan dirinya dan sehingga mampu menjadi bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya. [LADW]
1 Comment