Home Berita Mengolah Rasa Melalui Dialog Interaktif
Berita - Pilihan Redaksi - 12/11/2019

Mengolah Rasa Melalui Dialog Interaktif

Aliansi Indonesia Damai- Senin, (21/10) AIDA kembali menggelar Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Bongas, Kabupaten Indramayu. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari 40 perempuan dan 10 laki-laki. 

Supriyanto, sebagai Kepala Sekolah menyampaikan rasa bahagianya karena lembaga pendidikan yang ia pimpin terpilih sebagai lokasi kegiatan AIDA. Padahal menurutnya, sekolah ini baru berdiri selama sembilan tahun dan lokasinya pun cukup terpencil. Karena itu, Supriyanto mengapresiasi kegiatan ini sebagai salah satu pembelajaran bagi para siswa untuk mengolah rasa.

Baca juga Berbagi Ketangguhan di SMAN 1 Haurgeulis

“Kalau di sekolah kita diajarkan olahraga untuk mengolah fisik. Ada pula olah pikir, melalui belajar Matematika, Fisika, Kimia, dll. Selain itu, ada pula olah rasa. Di kesempatan inilah kita dapat mengolah rasa, karena kita dapat saling berbagi pengalaman, agar sama-sama merasakan,” ucap Supriyanto saat menyampaikan sambutan di hadapan para peserta.

Supriyanto mengingatkan para pelajar agar senantiasa reaktif pada kejahatan dan kemungkaran yang mereka temukan. Bila melihat kejahatan atau kemungkaran, menurutnya, maka laporkan ke orangtua, guru, atau bahkan ketua RT. Ia meminta jangan sampai siswa-siswi hanya diam melihat kemungkaran di sekitarnya.

Baca juga Memompa Ketangguhan Generasi Muda Indramayu

Setelah sambutan, tim AIDA membagi peserta ke dalam lima kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 orang. Setiap kelompok kemudian diberikan tema dan sejumlah pertanyaan untuk didiskusikan bersama. Hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di hadapan para peserta lain.

Pada kesempatan kali ini, AIDA menghadirkan Mukhtar Khairi, mantan narapidana terorisme dan Ram Mahdi Maulana, korban langsung bom Kedutaan Australia 2004. Kedua narasumber tersebut berbagi pengalaman hidup kepada para peserta.

Para siswa-siswi dengan antusias mendengarkan pemaparan dari Mukhtar Khairi dan Ram Mahdi. Mereka juga menyampaikan kesan-pesan dan pelajaran yang mereka peroleh dari uraian keduanya.

Baca juga Optimalkan Potensi Diri, Tumbuhkan Ketangguhan

“Melalui kisah Bapak Mahdi sebagai korban bom, saya menyimpulkan, Bapak Mahdi pernah merasa dendam atau sakit hati karena kerusakan fisiknya akibat bom. Namun Bapak Mahdi berhasil melawan dendamnya dengan menerima takdir Allah. Dari situ saya berpikir, dendam tidak akan berakhir jika tidak kita sendiri yang mengakhirinya. Kita tidak boleh dendam dan benci dengan takdir, apa yang terjadi pada kita harus kita terima,” ucap salah seorang siswi kelas XI IPA 3 saat menyimpulkan pemaparan dari Ram Mahdi. 

Selain itu, salah seorang siswi lainnya menyatakan kesannya mengikuti dialog interaktif ini. Ia bertekad untuk semakin meneguhkan pendirian dan senantiasa menjadi lebih baik lagi. Melalui kisah korban, ia bertekad untuk terus belajar dan tidak mudah berputus asa. [FRN]

Baca juga Kisah Tim Perdamaian Menginspirasi Pelajar di Haurgeulis

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *