Perdamaian Kebutuhan Dasar
Aliansi Indonesia Damai- AIDA kembali menggelar dialog interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di sejumlah sekolah di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, (21-27/2/2020). Setiap kegiatan di sekolah dihadiri tak kurang dari 50 siswa-siswi pilihan.
Dalam sambutannya di salah satu sekolah, Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, menjelaskan pentingnya perdamaian bagi keberlangsungan hidup. Menurut dia perdamaian adalah kebutuhan setiap orang, karena tanpa perdamaian tak mungkin kebaikan akan terwujud. “Perdamaian penting karena itu adalah sebuah hal yang mendasar, prasyarat utama untuk berbuat kebaikan,” ujar Hasibullah.
Baca juga Melawan Kekerasan dengan Kasih Sayang
Pihak sekolah menyambut baik kegiatan tersebut. Kepala MA Persis Cempaka Warna mengatakan, kegiatan tersebut bisa menjadi bekal bagi para siswa untuk belajar tentang makna perdamaian. Menurut dia setiap orang membutuhkan keselamatan dan keharmonisan, terutama di lingkungan sekolah. Karena itu, perdamaian menjadi penting disebarkan kepada generasi muda sejak dini.
AIDA menghadirkan dua narasumber, yakni Sumarno, mantan pelaku terorisme, dan Wartini, korban Bom Kedubes Australia 2004 silam. Sumarno membagikan kisah keterlibatannya di dalam jaringan ekstremis. Ia berbagai kisah pertobatannya sampai bertemu dengan para korban.
Sumarno juga menjelaskan tentang ajaran Islam yang hakikatnya adalah agama yang mengajarkan kedamaian. Ia menyesali perbuatannya di masa lalu dan menganggap pemahamannya terhadap ajaran Islam di masa lalu adalah pemahaman yang keliru.
Baca juga Semangat Perdamaian dari SMAN 4 Tasikmalaya
Sementara Wartini, berbagi kisah kehidupannya selama menjadi korban. Wartini bercerita tentang penderitaan hidup akibat terdampak dari aksi terorisme. Suaminya menjadi salah satu korban yang meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Ia pun membesarkan anak-anaknya tanpa seorang suami. Wartini mengajarkan generasi muda tentang arti pemaafan dan keikhlasan serta mengajak untuk tidak membalas setiap kejahatan dengan kejahatan pula.
Salah seorang siswa kelas XI mengaku mendapatkan pengalaman baru dari kegiatan tersebut, di antaranya adalah mengenai keadilan dan makna pemaafan. “Saya ingin berusaha memaafkan orang lain. Kadang saya suka sakit hati, tapi setelah mengetahui pentingnya memaafkan saya bisa belajar menghilangkan itu,” ucapnya.
Ia pun mengajak generasi muda lain untuk menjadi generasi yang tangguh, yakni generasi yang bisa menghadapi masalah dan bangkit dari semua permasalahan yang ada. [NOV]